17 Mar 2008

Tracking & Messaging via Bluetooth









Walau bukan ‘barang’ baru, Bluetooth hingga saat ini masih tetap saja populer dikembangkan. Dari mulai segmen perorangan, corporate building, kebun binatang, airport hingga pesawat tempur sekalipun dapat ‘merasakan’ manfaat teknologi ini.


Sewindu sudah teknologi bluetooth diperkenalkan ke pasar, pemanfaatan nya pun demikian luas. Selain ponsel yang membawa ‘ketenaran’ bluetooth, terlihat cukup banyak perangkat home appliance dan office equipment yang dibenamkan lewat fasilitas tranfer data jarak dekat ini. Lain dari itu bluetooth masih pula memiliki segundang manfaat yang mampu dikembangkan sampai masa mendatang, walau kini sudah hadir teknologi Wi-fi (wireless fidelity) sekalipun, bluetooth tetap potensial dan layak dikembangkan.

Salah satu aplikasi yang berhasil dikembangkan adalah solusi tracking dan messaging. Tentu dengan ciri khas bluetooth yang memiliki daya pancar terbatas lewat gelombang frekuensi 2,4 Ghz, aplikasi bluetooth tentu termasuk dalam konsep WLAN (wireless local area network). Seperti berita dari kota Aalborg, Denmark yang memanfaatkan bluetooth tracking di area kebun binatang dan Billund airport. Konsep operasional dari WLAN dilaksanakan melalui penyebaran perangkat bluetooth access point (AP) dalam area terbatas. Uji coba di area airport tidak mengalami kendala dengan partisipasi dari lebih 500 calon penumpang pesawat. Hakikat fungsi aplikasi ini adalah location based service dengan pola pelacakan (tracking) lewat jalur transmisi bluetooth.

Skenario tracking di airport adalah, pertama kali calon penumpang pesawat diharuskan melakukan registrasi di airport membership database. Ini bisa dilakukan lewat internet, kemudian calon penumpang akan mendapat notifikasi lewat SMS (short message service). Lebih lanjut calon penumpang akan memperoleh kode-kode akses untuk menikmati beragam informasi dalam area indoor bandara. Pola ini berjalan berkat peran SMS dari operator selular. Sebagai contoh saat pelanggan masuk dalam area dutty free shop maka sinyal bluetooth dari ponsel akan tertangkap oleh bluetooth AP di sektor tertentu, dan informasi dari BAT dikirmkan ke server yang secara otomatis dapat mengetahui posisi calon penumpang.

Dalam waktu yang tidak terlalu lama, calon penumpang akan meneriman pesan SMS yang menginformasikan daftar harga dan program promosi di toko yang tengah dilintasi oleh calon poenumpang.

‘Harus diakui bahwa skenario ini merupakan bentuk pengembangan dari mobile advertising, namun lebih jauh sangat berguna untuk memberikan informasi keberadaan calon penumpang, jadwal keberangkatan dan alasan lain yang berkaitan dengan emergensi’, ujar Carlos Osttby, chief executive officer of Blue Tags. Pengembangan WLAN bluetooth ini adalah hasil kerjasama dari Blue Tags, perusahaan peyedia software bluetooth dan Red M sebagai perusahaan yang mengembangkan perangkat bluetooth AP.

Bagaimana dengan skenario WLAN di kebun binatang ? ternyata lebih simpel sebab lebih difokuskan untuk keselamatan anak-anak. ‘Orang tua cukup mendaftar lewat SMS ke operator, kemudian mendapatkan spesifik informasi SMS code untuk melalukan pelacakan. Sang anak pun dalam sistem ini tidak dibekali ponsel, melainkan body tags bluetooth yang dapat disewa oleh orang tua. Dengan demikian orang tua tidak perlu khawatir terhadap keberadaan anak, walau harus terpisah karena ada keramaian. ‘Kami sangat senang dengan hadirnya blue tarck ini, menjadikan para pengunjung khusus nya orang tua dapat lebih merasa aman saat membawa anak-anak ke lokasi kebun binatang. Cukup banyak kasus anak terlepas dari pengawasan orang tua di areal ini.”, ungkap Hennin Julin.

Rasanya ide tracking bluetooth ini dapat optimal dikembangkan di Indonesia. Mengingat pemberitaan orang tua yang kehilangan anak di kebun binatang cukup sering terdengar. Semisal pada musim liburan dengan tingkat kepadatan pengunjung yang tinggi.

LOMOT- Corporate Tracking Solution
Dalam konteks corporate bluetooth juga dapat dimanfaatkan dalam implementasi yang cukup luas. Seperti ditunjukan lewat program LOMOT (Location based Messaging and Object Tracking environment) dari Graz University of Technology Austria. Skema dalam LOMOT adalah memaksimalkan penggunaan bluetooth dan RF (radio frequency) tags guna mendukung fungsi location based messaging sekaligus object tracking. Berbeda dengan skema dari Blue Tags yang memadukan peran bluetooth dengan SMS dari operator selular. LOMOT tidak membutuhkan keterlibatan langsung dari operator selular. M. Schimid pengajar dari Graz University menyebutkan konsep LOMOT sangat tepat bagi solusi tracking corporate, lebih khusus lagi indoor di indoor building. Sebab LOMOT bersifat fleksibel dalam pengembangan sistem manajemen perusahaan, seperti mampu mensupport point to point dan point to multipoint connections.

Control dan tracking informasi lewat RF lebih dioptimalkan untuk obyek pasif seperti PC dan mesin-mesin di perkantoran. Sedang bluetooth yang aplikasi nya lebih populer digunakan untuk tracking dan informasi sistem kepada obyek bergerak di dalam gedung. Tentu yang dimaskud adalah karyawan yang telah memiliki ponsel dengan fasilitas bluetooth. Central tracking database dapat dengan lebih mudah melakukan peran pengawasan, penyajian informasi, bahkan bisa dikembangkan menjadi sebuah sistem absensi otomatis. Dimana pada entry dan exit gateway dilengkapi BAP terlebih dahulu.

Dalam uji coba pertama kali di arena CeBIT 2004, sistem dapat berjalan dengan baik bahkan lewat penggabungan antara BAP dan ethernet LAN dapat mempercepat akses mobile internet. Untuk memperluas area cakupan pada indooor coverage juga diperkenalkan alat bluetooth picocell. Berdasar pada hasil uji coba, tracking lewat bluetooth dapat melacak kecepatan sampai 2 meter per detik. Hanya saja sukses dari program ini sangat bergantung dari kesadaran para karyawan untuk selalu mengaktifkan bluetooth di ponsel. Serta tidak lupa kewajiban untuk selalu membawa ponsel di saku selama berada di areal kantor.


Mengapa Bluetooth ?
Walau bluetooth sudah lama dikembangkan tetap saja populer aplikasi nya sampai saat ini. Mengapa bisa demikian ? jawaban nya terletak dari luas nya pemakaian bluetooth. Sejak pertama kali pada tahun 1998 oleh Special Interest Group (SIG) dan sampai tahun 2005 diestimasi oleh lembaga riset Cahners In Stat Group terdapat lebih dari 670 juta produk yang memiliki built in bluetooth.

Michael Gandy, engineer dari Lockheed Martin, perusahaan pembuat pesawat tempur dari AS mengatakan bluetooth mempunyai sensor yang cukup baik, selain ringan, tidak terlampu rumit, low power, low cost dan yang terpenting juga low power. Bahkan teknologi bluetooth kini dipercaya sebagai perangkat sensor maintenance dan kerusakan untuk pesawat F-16 Fighting Falcon. Lepas dari itu transmit power bluetooth dapat pula ditingkatkan, tujuan nya agar bisa menjangkau coverage yang lebih jauh. Semisal transmit power 100 mW (versi1.2) dapat digunakan dalam jangkuan hingga 100 meter dengan kapabilitas adaptive frequency hopping (AFH). Sedang standar yang terdapat di ponsel saat ini 1 mW dengan rata-rata radius jangkauan 10 meter.

Sifat nya yang omni directional atau memancarkan frekuensi 360 derajat menjadikan optimal dalam aksesbilitas. Kecepatan interkoneksi bluetooth untuk versi 1.1 sebesar 721 kbps, lebih tinggi dari versi sebelumnya 1.0 dengan kecepatan 420 kbps. Bandingkan dengan Wi-Fi yang mulai populer saat ini, kecepatan intekoneksi dapat mencapai 11 hingga 22 Mbps.

Walau sistem keamanan bluetooth memiliki banyak celah kerawanan, namun adanya sistem pairing (pengenalan) pesan masuk dipandang dapat menghindari secara terbatas serangan virus. Ini merupakan peringatan agar setiap pengguna ponsel bluetooth dapat selalu waspada. Jangan menerima (accept) sebuah pesan bluetooth yang masuk tanpa kejelasan siapa yang mengirim.

(Mei 05)

Tidak ada komentar: