19 Mar 2008

Kirim MMS, Harap-Harap Cemas!















Sebut saja namanya Rani (16 tahun), seorang pelajar SMU dikawasan Kelapa Gading. Siang itu Rani begitu cemas setelah berkirim MMS. Pasalnya MMS yang sudah dikirimkan sejak satu jam lalu tak kunjung terkirim. Malah Rani yang hobi clubbing ini cuma mendapat keterangan di outbox berupa resend. Artinya pesan MMS tersebut masih dicoba dalam network untuk dikirimkan kembali. “Resend dan resend terus…., biasanya keterangan resend muncul hingga dua sampai tiga kali” ungkap Rani dalam nada kekecewa. Masih untung jika setelah resend MMS dapat terkirim, yang membuat Rani kecewa lebih banyak MMS yang kemudian sending failed.

Tetapi di satu sisi Rani pun tidak menampik bahwa sending MMS juga kadang kala berhasil. Namun menurut dara manis ini lebih banyak gagal nya ketimbang berhasil dikirim. Biasanya memang waktu favorit berkirim MMS ialah antara sore hari dan tengah malam. Lain dari itu ya silahkan harap-harap cemas MMS tak sampai ketujuan, meski sebelumnya ponsel sudah di setting over the air (OTA) sekalipun”, ungkap Rani. Malah lebih apes lagi jika sudah MMS tak terkirim, pulsa pun ikut dipotong. Saat ini MMS sudah dihadirkan oleh Telkomsel, Indosat, dan Excelcom dimana ketiganya saat ini sudah membuka layanan MMS lintas operator.

Walau ketiga operator GSM tersebut telah menggalar MMS bukan berarti performa nya serupa. Seperti diketahui MMS terkait erat dengan masalah kapasitas network. Masing-masing operator punya kiat sendiri dalam menyikapi MMS, sebab dari aspek image hadirnya MMS tidak bisa ditawar, maklum multimedia service menjadi lagu wajib setiap operator saat ini. Namun dilain hal MMS juga membebani network. “MMS bersifat store and forward, dan dalam aplikasinya dapat membebani jaringan dan server”, ujar Erik Ten Have, GM Marketing & Product PT. Excelcom. Seperti diketahui spesifikasi MMS berjalan di atas platform WAP (Wireless Application Protocol) over GPRS yang mebutuhkan kanal khusus.

Untuk itu tidak jarang operator dengan subsribers besar mengalami kelulitan dalam akses GPRS, terutama di kawasan padat perkotaan. Padatnya trafic voice dan terbatasnya kapasitas data membuat download GPRS lebih sering gagal akibat interfrence. Nah jika ber GPRS saja sudah sulit maka jangan harap bisa menikmati MMS dengan lancar. Jika ingin lancar silahkan pilih waktu selain jam sibuk, atau bisa juga pilih daerah yang tidak terlalu padat. Hanya perlu hati-hati juga jangan kelewat dekat daerah mewah (mepet sawah), sebab operator jelas tidak berminat menggelar GPRS di daerah yang kurang potensial secara bisnis.

Operator pun tidak tinggal diam menghadapi keluhan pelanggan, sebab membiarkan keluhan sama halnya menanti kerugian. Salah satu langkah yang diambil adalah dengan menambah kapasitas MMSC (Multimedia Messaging Service Centre). Seperti Telkomsel yang meningkatkan kapasitas MMSC dari hanya 2 menjadi 40 MMS per detik. Sedang Indosat dan Excelcom masing memiliki kapasitas 10 MMSC per detik. “Penambahan kapasitas dilakukan sebagai jawaban meningkatnya demand MMS, rata-rata trafik MMS Telkomsel per bulan mencapai 500 ribu”, ungkap Achmad Santosa, vice president Partnership PT. Telkomsel. Yudi Rulanto, senior vice president Cellular & Marketing PT. Indosat juga menyebutkan penggunaan MMS di Indosat juga telah melonjak tiga kali lipat semenjak pertama kali MMS diperkenalkan.

Kiat operator diatas tentu sangat positif. Namun lebih dari itu sampai kini MMS masih dipandang sebagai layanan premium. Untuk itu dengan harga yang premium juga harus dihasilkan layanan yang maksimum. Berikut beberapa hal penting yang berpengaruh erat pada kesuksesan MMS, yakni faktor ketersampaian pesan dan ketersediaan content. Dan sampai saat ini beberapa content berbasis MMS sudah digelar oleh operator. Malah menurut situs www.mobileimode.com terdapat tiga hal penting dalam sukses MMS seperti perpaduan entertainment, still image, dan person to person.

Berkait dengan MMS di Indonesia, nampaknya jelas bahwa operator masih dalam tahap bekerja sambil belajar. Achmad Santosa contohnya, pihaknya tetap terbuka terhadap saran dan kritik perihal MMS. Masih banyak yang harus dibenahi, semisal idealnya MMS memiliki validity period hingga tiga hari, serupa dengan SMS. Tapi kasus yang terjadi di Telkomsel misalnya, setelah resend tiga kali dalam rentang waktu dua jam pesan di sever sudah dinyatakan failed. Bahkan contoh menyedihkan sering MMS sudah akan diterima (retrieving), tetapi kemudian pesan bisa saja gagal masuk. Sebab nya tidak lain karena network GPRS yang tidak stabil di area penerima.

“Operator memang sudah seharusnya memperbaiki layanan MMS, seperti adanya laporan MMS tidak terkirim tapi pengguna tetap dikenakan charge, itu jelas sangat merugikan. Atau paling tidak tersedia software pendukung yang semakin mumpuni untuk MMS. Apalagi saat ini MMS dijalankan dalam pola bisnis SKA (Sender Keep All), buat operator besar ini tentu jelas sangat menguntungkan”, ujar Sudaryatmo, public interest lawyers YLKI (Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia).

Hingga kini layanan MMS masih didominasi oleh operator GSM, bagaimana jika nanti operator CDMA ikut terjun dalam layanan MMS ? Jawabannya jelas makin seru, dan ini merupakan tantangan berat buat operator GSM. Sebab basis teknologi CDMA kini mampu menawarkan akses kecepatan yang lebih tinggi ketimbang GPRS dan EDGE sekalipun. Semisal turunan keluarga CDMA2000-1x yang kini meramaikan tren jaringan wireless di Indonesia.

(Jun04)

Tidak ada komentar: