31 Mei 2011

Selamat Jalan Windows Mobile










Setelah beberapa tahun berjaya di segmen OS (operating system) smartphone, akhirnya Windows Mobile (Winmo), OS besutan Microsoft harus mengakhiri masa-masa jayanya dan segera tutup usia. Hal ini disebabkan pihak Microsoft tak akan lagi mengembangkan OS ini, artinya pihak developer tak lagi diberi akses untuk mengutak atik aplikasi untuk Winmo.

Meski begitu, layanan dan fitur terkait pendukung Winmo tetap bisa diakses oleh penggunanya. Sebut saja ada layanan toko online, Marketplace, dan cloud storage database lewat Microsoft MyPhone. Yang apes buat pelanggan tak ada lagi tawaran aplikasi dan update software untuk Winmo. Rencananya Microsoft akan menutup akses pengembangan Winmo pada 15 Juli mendatang.

Bagi saya pribadi dan mungkin buat para pengguna smartphone Winmo, ini adalah berita yang tidak menyenangkan. Winmo pada dasarnya OS yang sangat menarik, terutama untuk fitur office yang saya rasa masih lebih unggul daripada yang disediakan oleh kubu Android dan iOS Apple. Tapi apa mau dikata, karena tekanan persaingan pasar, para vendor-vendor besar pendukung setia Winmo mulai menganaktirikan Winmo, seperti HTC, Samsung, LG, dan Sony Ericsson. Utamanya penyisihan Winmo mulai terasa saat mulai maraknya OS Android di pasaran.

Lain dari itu, pihak Microsoft pun lebih condong untuk mengembangkan Windows Phone 7. Sebagai informasi, platform OS Windows Phone 7 dan Windows Mobile 6.x sangat berbeda, jadi keduanya tidak bisa dijembatani. Perbedaan ini terlhat dari user interface dan kompabilitasnya. Winmo untuk layar misalnya selalu mengacu pada jenis layar resistive yang performa sensor layar sentuhnya masih dibawah kemampuan layar kapasitif.

Habis Manis Sepah Dibuang
Hengkangnya jajaran smartphone Winmo tentu bukan kesalahan mutlak kesalahan vendor, dalam hukum pasar tentu ini hal yang lumrah. Tapi memang bila direnungkan rasanya langkah Microsoft menutup pengembangan Winmo kurang bertanggungjawab, pasalnya belum lama Microsoft menghadirkan versi OS Wimno 6.5. Vendor yang terlanjur menjual smartphone dengan tipe ini pun tak sedikit, sebut saja Samsung yang punya keluarga “Omnia” khusus bagi penempatan etalase ponsel yang berbasis Windows Mobile. Ada lagi Sony Ericsson di kelas Xperia yang pada seri X1 dan X2 masih mengusung Winmo.



















Dalam catatan saya, smartphone Winmo 6.5 terakhir yang diluncurkan di Indonesia adalah Samsung B6510 Omnia Pro (qwerty), setelah itu Wimno tak lagi menampakkan batang hidungnya di pasar ponsel. Padahal bila dicermati sudah banyak pengguna ponsel Winmo di Indonesia, pertanyaannya, bagaimana nasib perangkat yang mereka gunakan? Apakah elegan apa yang dilakukan oleh Microsoft? Ingat pula bahwa ponsel-ponsel Wimno umumnya dijual pada harga menengah keatas.

Dampak Android
Serbuan Android si Robot Hijau memang tak bisa dibendung, ibarat kata pasar OS saat ini dikendalikan oleh Google. Para vendor yang sejatinya setia pada Winmo kini berpaling memberikan cintanya pada Android. Tentu ini lagi-lagi sah dilakukan, karena memang hukum pasar jual beli menghendaki demikian. Yang agak ironis bisa jadi adalah Symbian, OS terbesar sejak beberapa tahun ini pamornya terus turun.

Ketimbang gengsi berkongsi dengan Google, vendor asal Finlandia ini kemudian menyatukan kekuatan dengan Microsoft untuk menghadirkan smartphone Nokia dengan cita rasa OS Windows Phone 7. Apakah strategi duet Nokia Microsoft ini mampu menggeser Android? Jawabannya walahualam, kita lihat saja dalam beberapa bulan kedepan setelah produk Nokia Microsoft meluncur. Tapi masih ada yang lebih ‘tragis’, yakni OS Bada, sistem operasi besutan Samsung. Belum berumur 2 tahun, nampaknya Bada malah mulai dianaktirikan oleh Samsung, vendor asal Korea ini karena dorongan pasar malah lebih dominan menghadirkan smartphone dan tablet Android. Setelah Symbian, Windows Mobile, dan Bada, siapa lagi yang bakal jadi korban Android selanjutnya? (HANS)