15 Mar 2008

Antara Jalanan Rusak & Operator Selular


Rasanya sudah ’jengkel bin empet’ tinggal di Jakarta tercinta, hampir semua jalanan tak luput dari kemacetan parah. Soal waktu, yang namanya macet nggak pilih-pilih lagi seperti dulu. Alhasil manusia Jakarta rentan stress dan depresi berat, banyak diantaranya yang berstatus ”tua di jalan”.

Soal macet sih banyak sebabnya, pusing buat dibahas secara mendalam. Tapi yang mudah dilihat karena jalanan mulai rusak dengan berbagai skala, rusak kecil sampai rusak parah. Nah, kenapa jalanan bisa rusak? Itu juga banyak sebabnya, mulai dari kualitas aspal hingga proses pengerjaan yang ngawur. Tapi ada yang bikin miris hati, ternyata operator selular & FWA ikutan berpartisipasi untuk kehancuran jalan, memang tidak secara langsung. Lha kok bisa?

Begini ceritanya, sudah kewajiban buat operator untuk membangun dan meningkatkan kualitas jaringan yang ada. Bicara soal ini, operator tak melulu berurusan dengan antena BTS. Ada lagi yang namanya menggelar kabel optik, gunanya untuk meningkatkan kapasitas dan koneksi yang lebih lancar dari dan ke network centre. Tujuan ini tentu baik dong. Tapi dalam pelaksanaannya, kabel optik harus ditanam di sisi jalan.

Tapi dalam ekseskusi kerap hasil galian tidak ditutup sempurna. Dibiarkan begitu saja menganga, atau jika ditutup ya hanya dengan batu kerikil. Ada juga yang di tutup aspal. Tapi dasar pengerjaan yang asal-asalan, aspal tak sampai seminggu sudah mengelupas dan hancur, tak kuat menahan beban kendaraan.

Jika sudah begini, munculah ’kawah’, bukan lagi lubang lho. Cukup fatal bagi yang apes masuk ke kawah, as roda, sok breker mobil sering rusak, dan buat pengendara motor bisa berakibat nyawa melayang. Apalagi bila si ’kawah’ tergenang air hujan. Bisa kebayang kaya apa jadinye.

Kontraktor Memble
Dalam pengerjaan galian kabel optik, operator menunjuk pihak kontraktor. Nah, si kontraktor lah yang memble, dan suka kerja asal. Lewat tulisan ini, semoga operator bisa menyeleksi lebih ketat kontraktor galian mana yang berkualitas. Kalau sudah pernah bermasalah, ya jangan lagi diikut sertakan di proyek galian yang berikutnya

Antar operator juga harus sinergi, jangan seperti di Jakarta. Semisal hari ini XL gali tutup kabel, semiggu kemudian Indosat juga gali jalanan yang sama. Sudah pasti galian XL belum sempurna, sudah dibongkar lagi oleh operator lain. Akibatnya jalanan cepat hancur, bila ada hujan pasti jadi becek dimana-mana. Ditambah saluran air bumpet karena sampah, yaa sudah komplitlah ’pesona’ jalanan di Jakarta.

2 komentar:

Anonim mengatakan...

iya pak.. belum lagi kalo galian tersebut sampe makan korban..., nah siapa yang disalahkan tuh? Kontraktor, pemberi kerja atau orang yang lewat? He he he salah sendiri kenapa jalan bolong dilewatin... apesss

Haryo Adjie Nogo Seno mengatakan...

urut kacang aja boss... semuanya udah ngawur...hehehehe...
Tapi sebenernya operator bisa punya inisiatif lebih besar untuk kualitas bongkar jalan.. lha wong operator yang punya duit, jewer aja si kontraktor.. betul ga boss?