17 Mar 2008

Reportase Perang lewat Ponsel










Ponsel saat ini memang ibarat barang serba bisa, memang tidak dirancang untuk reportase perang atau konflik. Tapi jika kebutuhan mendesak nyatanya ponsel bisa menjadi alat liputan alternatif.



Ajang peperangan dimana pun selalu membawa kesengsaraan bagi para korban yang kebanyakan adalah warga sipil. Tetapi perang di sisi lain membawa keberuntungan di industri lain seperti militer misalnya. Selain sepak terjang diatas, perang juga menjadi ajang pembuktian untuk produk yang sebelumnya tidak disasar untuk keperluan perang. Yang dimaksud tidak lain adalah ponsel (telepon selular) berkamera untuk mendukung kegiatan reportase perang secara mendadak di Irak. Ini adalah penggalan kisah nyata dari perjalanan Nic Robertson seorang senior international corespondent CNN pada periode bulan April lalu.

Dalam Royal Television Society (www.rts.org.uk) Nic mengisahklan saat-saat dramatis saat peliputan ekslusif ke bunker penyiksaan rahasia milik pemerintahan koalisi Irak, sebuah rezim boneka hasil bentukan Amerika. Nic memanfaatkan ‘jasa’ ponsel kamera dengan alasan jurnalis tidak diberi kesempatan untuk mengabadikan momen lewat kameramen. Ditengah 3 orang penjaga Nic berhasil merekam aktivitas kejadian di bunker dengan N90, sebuah produk cita rasa keunggulan imaging dari Nokia. Nic menjelaskan bahwa penggunaan N90 bukan karena dorongan sponsor, melainkan lebih kepada sebuah kebetulan. N90 diperoleh Nic dengan sebelumnya membeli ponsel tersebut di Arab Saudi. Sebagai informasi baik Arab Saudi dan Irak sama-sama mengadopsi jaringan GSM dualband.

Meski menyadari N90 punya keunggulan dalam imaging 2 megapixels plus lensa Carl Zeiss, Nic justru mengoptimalkan fungsi rekam video, mengingat Nic adalah jurnalis televisi. “2 megapixels N90 memang bukan solusi terbaik untuk keperluan cetak media, tapi ponsel ini mendukung format encode MPEG4 dan audio yang bisa dioptimalkan untuk tayangan di televisi”, ujar Nic seperti dijelaskan dalam situs www.rts.org.uk. Resolusi untuk rekam video di N90 yakni 320x240 pixels atau setingkat quarter VGA (QVGA). Dalam misinya Nic membekali N90 dengan kartu memori RS DV MMC dengan kapasitas 1Gb. Kapasitas tesebut bisa digunakan untuk melakukan perekaman video selama beberapa jam. File video selanjutnya di edit dengan Final Cut Pro pada Apple G4 laptop.

Antara ponsel dan G4 dikoneksikan lewat bluetooth. Kemudian terakhir file dikirimkan ke editor CNN via web channel dan sempat menjadi prime time show di CNN. Secara teori sebenarnya bisa saja Nic melaporkan hasil liputan secara live, mengingat N90 adalah ponsel dengan dukungan broadband 3G. Cuma sayangnya di Irak belum mendukung akses 3G.
Beberapa minggu sebelum nya Nic malah sempat mengambil obyek liputan dengan N90 saat berada di helikopter. Meski belum terbukti kebenarannya, di helikopter Nic menggunakan jalur SMS untuk komunikasi ke headquarters CNN. Penggunaan ponsel kamera memang cukup simpel, namun memang belum bisa mengambil peran kamera profesional. Salah satu kendalanya adalah dukungan resolusi yang masih rendah, kualitas zooming yang tidak memadai dan penggunaan sensor CMOS. Sebagai perbandingan kameraman profesional menggunakan teknologi broadcast quality dengan dukungan sensor CCD. Hanya saja ponsel jelas menang dalam urusan dimensi dan bobot.

Technology has Changed
Penggunaan N90 sebagai alat peliputan menjadi wacana tersendiri, khususnya bagi stasiun berita sekelas CNN. Seperti diketahui stasiun Tv milik Ted Turner ini terkenal mumpuni dalam peliputan konflik. CNN pun terkenal dalam menghadirkan perangkat peliputan tercanggih. Saat perang Teluk pertama tahun 1991, CNN setidaknya menggelar perangkat seberat 500 kg berupa satellite gear. Kemudia setiap regu reportase harus ‘memanggul’ beban’ 30 kg berupa suitcase berupa perlengkapan telepon satelit. Sampai saat ini koneksi satelit dipandang sebagai jalur terbaik untuk reportase di medan konflik. Nah kali ini berkat kemajuan teknologi tugas reportase wartawan Perang bisa lebih mudah.

Bukan Tanpa Hambatan
Sudah lumrah jika aktivitas jurnalis mendapat perlawanan. Hal itu pun didapati dalam penggunan ponsel kamera di Irak. Situs www.news24.com menyebutkan Donald Rumsfeld, menteri pertahanan Amerika melarang penggunaan ponsel kamera dalam setiap instalasi militer di Irak. Sumber di Pentagon menjelaskan ini disebabkan pose-pose kebrutalan tentara Amerika atas tahanan di Abu Ghraib diambil tanpa ijin lewat bidikan ponsel kamera.

(Sep06)

Tidak ada komentar: