25 Mar 2008

Pesan Lebih Personal lewat AMS







Audio messaging sebuah pilihan yang tepat untuk berkirim pesan. Sifatnya lebih personal dan mampu melibatkan emosi lebih dalam. Operator pun tinggalkan mengoptimalkan jaringan yang ada. Lewat GPRS dan SMS tidak masalah

Apa yang Anda harapkan saat berkirim pesan ke pasangan tercinta? Idealnya adalah sebuah penyampaian atau ungkapan pesan dalam wujud yang personal dan intim. Malah banyak yang mengharapkan lewat pesan tadi bisa diperlihatkan emosi yang ada di hati sang pengirim. Dalam dunia selular SMS (short message service) telah mampu menjadi jembatan komunikasi yang terpercaya, simpel, personal dan tentu tarifnya relatif murah. Meski begitu akankah Anda cukup puas dengan SMS? Tidakkah Anda ingin mencoba sesuatu yang lebih, dalam artian lebih personal. Salah satu jawaban yang tepat adalah audio messaging services (AMS).

AMS bukan sebuah teknologi angan-angan, sebab AMS berjalan lewat media aplikasi GPRS (general packet radio service) yang populer disebut dengan terminologi MMS (multimedia messaging services). Pesan apa pun yang berformat multimedia, seperti gambar dan suara dapat di insert di multimedia message untuk kemudian dikirimkan dengan mudah, apalagi saat ini MMS sifatnya sudah lintas operator. Lalu apa bedanya antara AMS dan MMS? Usun Pringgodigdo, product development manager Nokia Indonesia menyebutkan bahwa letak perbedaan AMS dan MMS lebih ditekankan pada skema tarif. “Oleh karena AMS berjalan lewat media MMS, maka tarif yang berlaku seperti di Indonesia adalah tarif berdasar perhitungan MMS reguler. Namun tarif bisa berubah jika operator memberikan tarfik khusus AMS,” ungkap Usun.

Untuk bisa menikmati AMS sebenarnya operator tidak perlu banyak melakukan invetasi hardware lagi. Ditambahkan Usun, asalkan jaringan GPRS dan MMS sudah optimal dan meluas maka AMS bisa optimal dijalankan. Meski begitu memang harus ada modal juga untuk menggiatkan value added services (VAS) ini. Contohnya seperti pengadaan supporting server dan access gateway (AGW) yang men supoort different access technology, seperti solusi dari Nokia AGW4.0 yang juga mendukung sistem billing layanan AMS tersebut.

Nantinya biaya yang dikeluarkan oleh konsumen bisa jadi lebih murah ketimbang berkirim voice (sound) lewat MMS. Sebagai ilustrasi jika merekam suara pribadi (voice clip) selama 10 detik di ponsel Nokia maka dihasilkan ukuran data sekitar 7Kb pada format nada AMR (adaptive multi rate). Selanjutnya saat mengirimkan voice clip tersebut lewat MMS, biaya yang dikenakan adalah Rp 1250,- per MMS bagi pra bayar atau Rp 1000,- per MMS untuk paska bayar. Ini disebabkan operator sudah melakukan bundle tarif per MMS berdasar pada besaran 50 Kb per message.

Lebih Murah
Sebaliknya konsep AMS lebih murah dikarenakan yang Anda bayarkan hanya berdasar besaran Kb dari voice clip yang direkam. Mengenai pengenaan tarif nya berapa ?, tentu diserahkan kepada kebijakan sang operator masing-masing. Hanya dalam release disebutkan AMS memiliki konsep tarif diatas SMS tetapi juga dibawah tarif voice call. Aplikasi ini juga dikenal dengan istilah short audio messaging (SAM). “Setup rekam suara AMS dapat dilakukan lewat MMS reguler, pada seri terbaru Nokia 6101 malah sudah menyediakan menu khusus audio message, gunanya tidak lain untuk mempermudah penggunaan,” papar Usun.

Meski berada dalam koridor teknologi GPRS/MMS, AMS juga mampu mengadopsi hubungan data ke ponsel non GPRS/MMS. Seperti diperlihatkan di gambar, lewat perangkat AGW dapat dihubungkan ke ponsel non GPRS. Cuma tentu ponsel non GPRS tidak dapat menerima dan menyimpan data voice secara langsung. Pengguna ponsel non GPRS harus melakukan responding (panggilan) audio message ke server AMS. Namun sebelumnya tentu ponsel si penerima akan mendapat informasi adanya kiriman voice clip lewat SMS. Istilah ini juga dikenal dengan pull voice.

Hadirnya AMS jelas membawa banyak ketuntungan. Buat pengguna ponsel dipastikan pilihan semakin beragam. Di pihak operator sudah pasti dapat meningkatkan ARPU (average revenue per user) GPRS. Sedang pihak ketiga seperti content provider bisa pula mengembangkan aneka aplikasi yang lebih menarik.

Voice SMS
Selain lewat jalur GPRS/MMS, konsep audio message ternyata dapat diaplikasikan lewat jalur SMS ‘biasa’, artinya tidak harus dibumbui teknologi internet. Adalah Telkom Flexi operator FWA (fixed wireless access) yang pertama menghadirkan layanan ini di Indonesia. Hingga tulisan ini dibuat Telkom Flexi baru melakukan soft launching terhadap voice SMS (VSMS). “Layanan VSMS kami rancang sebagai layanan tambahan bagi pengguna Flexi, kini pengguna Flexi baik pra dan paska bayar dapat mengirim pesan suara singkat ke seluruh nomer pontap dan ponsel”, ujar Syailendra, deputy of division Telkom Fixed Wireless.

Berbeda dengan konsep audio messaging lewat GPRS yang murni dalam cakupan layanan data. VSMS menurut Syailendra adalah gabungan aplikasi dari data dan voice, meski demikian VSMS secara umum masuk dalam golongan voice services. VMS bisa digunakan dengan jalan dialing lewat kode *15-021/081.. ( ke nomor tujuan pontap atau ponsel CDMA maupun GSM). Setelah itu akan terdengar instruksi untuk merekam suara, mengirim dan juga pilihan membatalkan. Di pihak penerima akan menerima VSMS dalam wujud voice incoming. Anda bisa mendengar satu kali suara sanga pengirim, kemudian akan terkirim notifikasi berupa SMS yang dilengkapi kode pesan. Jika ingin mendengar pesan yang sebelumnya masuk, Anda harus pull voice ke nomor server VSMS dengan tarif lokal. Disebutkan server akan menyimpan pesan suara hingga 5 hari. Setelah itu data akan dialihkan ke web portal hingga disimpan 10 hari.

Sistem pull voice ini sekilas mirip dengan fasilitas voice mailbox Veronica Telkomsel. Hanya saja voice mail dapat diperdengarkan saat telepon yang dituju sedang unavailable. Sebaliknya VSMS dapat dikirimkan, diterima dan diperdengarkan pada saat ponsel available. Pramasaleh H. Utomo, content & potral manager Telkom Fixed Wireless menjelaskan VSMS dibuat dengan pola tarif rekam 10 detik per message. Lebih dari itu charging akan dikenakan berdasar kelipatan 10 detik. Hingga tulisan ini dibuat, belum ada tarif resmi VSMS yang dikeluarkan. Charging masih berdasar tarif dial lokal, kabarnya nanti VSMS akan dikenai tarif serupa dengan SMS reguler.

Bagaimana dengan kapasitas? Dalam uji coba disebutkan server mampu meng handle trafik 200 ribu VSMS dalam waktu bersamaan. “Kami masih melakukan tahap pemetaan dan melihat trafik dari penggunaan VSMS. Jika kebutuhan meningkat tentu akan ditambah kapasitas”, ungkap Syailendra.

Bentuk yang serupa dengan VSMS Flexi adalah RMS (rapid message services), teknologi dari HeyAnita, perusahan pengembang enhanced messaging services dari Los Angeles, AS. Keunggulan RMS adalah mampu mengirimkan message ke multiple recipient. Hingga kini operator Sprint, Verizon dan Net2Phone sudah menghadirkan RMS. Sedang untuk VSMS di Asia populer digunakan di Malaysia (Digi Telecom) dan di Korea Selatan. Sedang di Eropa, operator Mobtel dari Serbia menjadikan VSMS sebagai layanan unggulan yang diberi nama ‘sms happy’. Berhembus juga kabar VSMS akan segera diaplikasikan salah satu operator GSM di Tanah Air.

Potensi pasar untuk audio messaging dan VSMS dipandang cukup potensial di Indonesia. Mengingat orang Indonesia punya budaya berkirim pesan dan sensitif terhadap tarif. Usun Pringgodigdo menjelaskan bahwa yang sangat penting adalah edukasi dan melihat kebiasaan orang. Apakah cukup mudah merubah kebiasaan orang bicara langsung menjadi meninggalkan pesan? Lepas dari itu, audio messaging dan VSMS adalah sebuah pilihan yang menarik buat konsumen.

(Agus05)

Tidak ada komentar: