15 Mar 2008

Masa “Paceklik” Vendor Jaringan








Bila pelanggan selular bersorak girang dengan tawaran tarif murah, maka ada pihak lain yang mungkin malah jadi merengut. Hal ini tak lain adalah vendor jaringan, terutama vendor jaringan asal Eropa barat. Vendor jaringan asal Eropa seperti Ericsson, Alcatel, Motorola, Nokia Network (kini menjadi Nokia Siemens Network) dan Alcatel (Alcatel Lucent). Seperti diketahui, pada era tahun 80 an sampai 90 an vendor eropa barat sangat menguasai pasar jaringan untuk operator selular, terutama GSM. Pengadaan hardware dan software BTS hingga Intelligent network (IN) banyak disuplai oleh mereka.


Namun apa mau dikata, zaman sudah berubah, musim telah berganti. Seiring dengan efisensi biaya investasi maka yang mendapat angin segar adalah vendor asal negeri tirai bambu. Vendor jaringan dari Cina yang cukup meroket di Indonesia adalah Huawei dan ZTE. Selain masih ada vendor asal Korea seperti Samsung, walau pasarnya kecil. Mengapa vendor Cina tiba-tiba bisa berkibar?


Jawabannya terletak dari tawaran produk yang harganya jauh lebih murah dibanding produk sejenis dari Eropa. Bisa lebih murah, jelas karena secara geografis Cina lebih dekat Indonesia, biaya transport barang juga lebih ringan. Operator yang butuh gelar jaringan (BTS) secara cepat, cukup diuntungkan dari hadirnya vendor Cina. Apalagi secara teknologi, terapan fitur yang ditawarkan tidak kalah dari pesaingnya di Eropa.


Akibat persaingan antar operator yang kian menggila, margin keuntungan pun ikut menyusut. Vendor Cina yang murah meriah adalah jawaban untuk fenomena ini. Tapi bagaimana dengan kualitasnya? Walahualam, banyak yang mengatakan produk dari Cina berkualitas rendah, dan produk tidak didukung purna jual yang memadai. Konon cukup banyak komplain dari operator untuk kasus diatas.


Vendor Eropa memang terjepit dan mengalami penurunan penjualan, tapi bukan berarti lantas kalah bersaing. Nyatanya hingga kini brand Nokia Siemens, Alcatel dan Ericsson masih tetap eksis. Kebanyakan operator masih mengandalkan vendor ini karena kualitas lebih terjamin dan purna jual memadai. Kebanyakan saat ini operator menggunakan pola kombinasi antara produk Eropa dan Cina. Tidak masalah, sebab teknologinya sudah di set untuk seamless operation.


Memang sulit membendung produk dari Cina, ada pameo ”Apa sih produk yang nggak bisa ditiru (dijiplak) oleh Cina”. Dengan harga murah, negosiasi bisa cincai… tentu banyak yang tergiur. Semoga semua ini tidak mengorbankan kualitas layanan, sebab akhirnya yang rugi selain konsumen, yaa tentu juga si operator sendiri.

Tidak ada komentar: