19 Mar 2008

Teknologi Perontok GPS
















GPS selalu didengungkan sebagai aplikasi canggih yang memiliki kemampuan tanpa batas. Namun perkembangan teknologi pula yang menjadikan GPS dapat mati kutu


Amerika Serikat (AS) sempat panik luar biasa pada hari-hari awal agresinya ke Irak. Ini merupakan suatu berita yang menghebohkan dan menjadi haedline di beberapa surat kabar di dalam dan luar negeri. Alasan yang diutarakan AS ialah berupa tudingan bahwa Irak telah menggunakan teknologi jamming GPS (global positioning system). Seperti diketahui GPS merupakan perangkat yang sangat penting bagi kalangan militer, juga telah banyak digunakan oleh sipil, dan mulai populer diaplikasikan pada ponsel.

GPS dapat menentukan presisi lokasi akan keberadaan suatu objek di muka bumi. Jika dalam dunia militer GPS yang menggunakan satelit ini dapat berfungsi untuk mengidentifikasikan letak, arah, gerakan satuan tank, dan helikopter yang berkecepatan maksimal 870 knot dari jarak tidak terbatas. Untuk keperluan navigasi tempur GPS dapat menyajikan informasi kecepatan, jarak dan baring suatu sasaran, rute, serta ketinggian di atas 18 ribu meter. Dengan berbagai aplikasi tadi satuan komandon Delta Force dapat mengidentifikasikan pasukannya untuk melakukan serbuan ke sasaran yang tepat. Model aplikasi GPS inilah yang populer digunakan AS untuk memburu Osma bin Laden di Afghanistan pada tahun lalu.

Begitu pula yang terjadi pada perang di Irak. Namun kali ini Saddam Husein sang presiden Irak mempunyai jurus yang membuat AS menjadi ketar ketir. Jurus maut itu ialah jamming GPS, suatu aplikasi yang dapat mengacaukan frekuensi dan signal dari saltelit ke perangkat GPS receiver. AS seperti diketahui sangat was-was untuk menerjunkan pasukan daratnya secara langsung, dimana risiko korban jiwa menjadi sangat besar. Untuk itu presiden AS, George W Bush mengandalkan serangan rudal penjelajah seperti Tomahawk untuk mengganyang kedudukan pasukan Irak, minim risiko di pihak penyerang namun memiliki daya hancur yang cukup tinggi. AS pun sesumbar akan memilih sasaran secara akurat sebab telah dipresisi secara tepat dan terpilih oleh GPS.

Namun yang terjadi justeru sebaliknya, banyak rudal Tomahawk yang salah sasaran dan pesawat pengintai tak berawak yang jatuh, walau telah dipandu sistem GPS. Ini disebabkan signal GPS pada AS telah diganggu oleh Irak. Pihak AS menduga bahwa Rusia ikut terlibat dalam penyediaan perangkat ini, walau hingga kini belum terbukti kebenarannya. Akibatnya banyak Tomahwak yang meleset dari sasaran yang dituju, namun justeru banyak sasaran sipil yang menjadi korban, seperti gedung rumah sakit, dan universitas. Di satu sisi secara politik Irak sangat diuntungkan, sedang AS menanggung beban malu.

Sekilas GPS jamming
GPS jamming sebenarnya bukan barang baru, menurut versi kementrian pertahanan AS GPS jamming mulai dipopulerkan oleh AS sendiri pada perang di Afghanistan. Tujuannya tidak lain untuk mengganggu signal GPS yang juga digunakan milisi Taliban. Richard Langley, profesor geodesy and precision dari University of New Brunswick mengatakan bahwa GPS jamming tidak dirancang untuk mengganggu signal elektronik yang dipergunakan oleh kalangan sipil, seperti untuk keperluan penerbangan sipil, dan transoceanic navigation. Namun jika digunakan untuk mengacaukan sipil tentu juga tidak sulit.

Signal yang dimanfaatkan oleh kalangan sipil umumnya menggunakan satelit navigasi yang memiliki akurasi dari mulai 36 meter, atau lebih baik. Sedang untuk keperluan militer yang diperlukan sebagai penuntun smart bomb memiliki tingkat akurasi hingga 6 meter. Untuk keperluan militer memang jauh lebih akurat. Sebab maklum jika untuk kepentingan sipil hanya menggunakan jasa 21 satelit navigasi geostationer, lain halnya militer AS menggunakan 28 satelit navigasi. GPS umumnya menggunakan frekuensi 2,4 hinggan 3 Mhz, dan dapat dapat dikacaukan signalnya berdasarkan lokasi. Semakin luas lokasi area yang akan di jamming maka membutuhkan daya watt yang lebih besar. “Sebenarnya dengan 25 watt saja GPS sudah dapat di jamm, jika Irak mampu men jamming lokasi seluas Baghdad dan Basra maka dibutuhkan sekitar jammers dengan 500 watt”, ujar Roy Suryo, pengamat telekomunikasi. Jamming dilakukan pada signal downlink yang artinya dari satelit ke receiver di bumi.

Kalau sudah di jamming tentu akan merepotkan, dan membuat koordinasi menjadi berantakan. Saat ini GPS telah mulai dipasarkan untuk melengkapi ponsel, baik yang memiliki kemampuan built in (khusus ponsel 3G-CDMA). Namun ponsel berbasis GSM kini telah juga mampu mengemban kemampuan tersebut, walau masih harus bekerjasama dengan content provider. Seperti yang diperkenalkan oleh IM3 bersama PT. Garasindo Inter Global yang meghadirkan perangkat GTS (GPS Tracking Set). Untuk saat ini memang belum ada kasus gangguan bagi keperluan sipil, tetapi tidak ada salahnya dari sekarang kita mempersiapkan penangkal jamming ini. Apalagi kedepan GPS pasti akan menjadi perangkat yang sangat diperlukan, dan menjadi kebutuhan vital bagi perhubungan. Fungsi tracking atau penjejakan target dan positioning lokasi pasti juga akan menjadi mangsa empuk si jammer ini. Jangan lupa semakin majunya jaman, maka hadirnya keisengan harus diantisipasi.

(Mei03)

Tidak ada komentar: