4 Agu 2008

Sinyal Nyasar CDMA



















Tak terkait intreferensi, tapi sinyal CDMA ternyata memliki kelemahan. Tanpa pemberitahuan, sebuah panggilan bisa nyasar ke call center operator lain.


Pasar pengguna layanan CDMA di Tanah Air kian meningkat, sejak pertama kali diperkenalkan oleh Telkom Flexi diNovember 2002, hasil riset CDG (CDMA Development Group) menunjukkan bahwa pertengahan tahun lalu total pelanggan CDMA di Indonesia telah mencapai angka 10 juta. Namun dibalik animo layanan dengan fitur dan tarif yang atraktif, terditeksi bahwa performa sinyal CDMA memiliki sejumlah benang permasalahan.

Meski tidak bersifat masif, dibeberapa lokasi sinyal CDMA operator A bisa ’nyasar’ ke sinyal CDMA operator B. Seperti petikan kisah dari Nurlela (29 tahun) warga Depok – Jawa Barat. ”Suatu hari saya sedang berada di sebuah Mall di bilangan Depok, tapi saat ingin mencoba telpon ada sesuatu yang aneh. Logo identitas operator masih ada dan sinyal pun dalam kondisi 3 bar. Tapi yang membuat kaget justru panggilan nyasar dan diterima oleh call center operator lain”, ujar Nurlela. Sedikit disayangkan, identitas operator terkait tidak bisa kami sebutkan dalam tulisan ini.

Lalu apa yang terjadi dengan kasus Nurlela? Menurut sumber Selular dari dua operator CDMA yang tak ingin identitasnya disebut. Hal diatas memang kerap terjadi, ini ditandakan bila di layar ponsel tiba-tiba muncul aikon ”G” atau ”R” yang mengindikasikan terjadinya roaming. Nah, ketika aikon tadi muncul, telpon masih bisa digunakan, tapi yang menjadi ’unik’ panggilan malah diteruskan ke call center, malah lebih heboh lagi tersambung ke call center operator lain yang tak terkait hubungan kerjasama.

Sinyal CDMA dalam operasinya memilikin dua pengaturan, yakni permissive dan restricted. Permissive berarti sinyal diperuntukkan bagi koneksi dengan sinyal operator lain, semisal untuk keperluan roaming. Seperti dikehatui CDMA juga berkemampuan roaming dengan operator lain, walau masih terbatas. Kemudian restricted yakni sinyal disiapkan untuk maksud terbatas (home only). Nah, soal pengaturan restricted lah yang kemudian jadi isu dalam kisah Nurlela diatas.

Menurut berbagai sumber, masalah ini juga bisa terjadi karena problem ponsel, semisal ponsel tidak bisa di seting ke dalam home only. Kemudian problem di frekuensi kartu RUIM, setiap kartu RUIM operator yang dijual sudah dibekali parameter carrier, tapi pada kenyataan carrier frekuensi antrar kartu RUIM operator banyak yang memiliki kesamaan. Masih ada lagi problem di jaringan, dimana karakter CDMA menganut siapa sinyal yang lebih kuat maka lebih dominan. Hal ini mengakibatkan frekuensi operator yang lebih rendah dapat terkunci.

Menanggapi fenomena diatas, Merza Fachys selaku sekjen ATSI (Asosiasi Telepon Selular Indonesia) memberi tanggapan bahwa beberapa parameter carrier di RUIM card dimungkinkan serupa antar operator untuk menunjang gelar layanan international roaming. Untuk antisipasi, sebaiknya operator dapat menyediakan ponsel dengan setting home only, baru ketika akan roaming bisa dibuka kembali fasilitas tersebut. Lepas dari itu, setiap unsur teknologi memiliki kelebihan dan kekurangan. Memang fenomena diatas tak ditemui di platform GSM, tapi CDMA tetap punya ciri khas yang boleh diunggulkan, seperti konsep cell breathing. Kembali ke fenomana diatas, bisa dianggap suatu kelemahan, tapi bisa jadi keunggulan, semisal untuk menunjang ketersambungan dengan emergency call.

(Mar08)

Tidak ada komentar: