4 Feb 2010

Jadi Yang Tercepat di Jalur HSPA+















Guna menjadi yang terdepan di layanan mobile broadband, Indosat dan Telkomsel mulai pasang kuda-kuda menyiapkan jaringan super cepat HSPA+



Kian dinamisnya layanan operator tak terlepas dari keberadaan elemen bandwidth. Dengan memiliki bandwidth yang besar, setiap operator mampu menghadirkan layanan berkualitas broadband bagi pelanggannya. Ambil contoh bandwidth 5 Mhz yang dialokasikan bagi operator pengusung layanan 3G. Bandwidth ialah nilai kotor kapasitas maksimal sebuah jaringan. Semakin besar kapasitas yang dimiliki, membuka peluang seluas-luasnya bari operator untuk menghadirkan konten data berkecepatan tinggi.

Pada kenyataan saat ini, operator 3G dengan bekal alokasi bandwidth 5 Mhz merasa kian ”sesak” akibat permintaan kebutuhan akses data yang meningkat tajam. Untuk itu operator berlomba guna mendapat alokasi bandwidth 5 Mhz tambahan dari regulator. Hingga akhirnya operator bisa menggenapkan bandwidth yang dimiliki menjadi 10 Mhz pada frekuensi 2100 Mhz. Dengan bandwidth 10 Mhz, operator tak hanya menggadang teknologi akses 3G dan 3,5G/HSDPA (high speed downlik packet access), lebih dari itu bisa dialokasikan bagi penggunaan teknologi HSPA+ (evolved high speed packet access). Dengan HSPA+, secara teori dapat disalurkan kecepatan akses data hingga 21 Mbps, jauh lebih cepat ketimbang HSDPA yang kecepatan akses datanya 7,2 Mbps dan 14,4 Mbps.




Nah, layaknya nostalgia diawal peluncuran 3G di tahun 2006, dua operator besar di Tanah Air kembali berkompetisi untuk saling adu cepat menggelontorkan HSPA+ ke pasar. Adalah Telkomsel dan Indosat, dua operator ini pada bulan September lalu telah mendapat tambahan bandwidth 5 Mhz, lewat tambahan bandwidth, dua operator tampil percaya diri untuk pasang kuda-kuda untuk menggelar HSPA+. Ini dibuktikan pada awal November lalu, dalam selang beberapa hari dua operator ini saling unjuk demo akselerasi HSPA+ di Jakarta.

Untuk gelar HSPA+, Telkomsel menggandeng vendor jaringan Huawei, sedang Indosat menggandeng vendor Ericsson. Kedua operator mempersiapkan HSPA+ sebagai akses andalan paket layanan mobile broadband, seperti Next Generation Flash, paket Matrix data, dan layanan IM2. Indosat sampai akhir tahun ini mentargetkan up grade 1500 BTS 3G (node B) di kawasan Jabodetabek. Sedang Telkomsel menyatakan HSPA+ telah tersedia di area Jakarta, dan sampai akhir tahun bakal hadir di Yogyakarta, Semarang, Medan, dan Surabaya. Untuk Jakarta, HSPA+ Telkomsel baru tersedia di kawasan Jakarta Selatan.

Hadirnya teknologi ini tentu tak lepas dari capex (capital expenditure) atau biaya belanja modal. ”Kami mengalokasikan Rp 1,3 trilyun dari total Capex Rp 13 trilyun di tahun ini untuk pengembangan teknologi HSPA+,” ujar Sarwoto Atmosutarno, Direktur Utama Telkomsel. Sedangkan Guntur Siboro, Direktur Pemasaran Indosat menyatakan, ”Capex untuk HSPA+ terbilang kecil, tapi untuk mendukung teknologi ini diperlukan peningkatan pada sisi backbone dan core, sehingga sulit untuk mengurai Capex HSPA+. Mengingat backbone dan core juga dipakai untuk teknologi lain,” kata Guntur. Pada sisi BTS 3G hanya diperlukan up grade software untuk menambahkan fitur baru.

Seperti diuraikan diatas, untuk menggelar HSPA+ operator harus memperoleh tambahan bandwidth. Nah, untuk ini tentu diperlukan biaya yang tak murah, paling tidak operator harus merogoh kocek Rp 160 milyar untuk tambahan 5 Mhz 3G yang dibayarkan kepada pemerintah. Sejatinya operator 3G mengambil bandwidth tambahan guna mendukung pengembangan layanan. Selain Telkomsel dan Indosat, XL dikabarkan juga berminat untuk membeli tambahan bandwidth di tahun depan. Bisa diperkirakan peta pertarungan mobile broadband bakal meningkat tajam. Ditambah rencana Telkomsel untuk menggelar demo LTE (long term evolution) di pertengahan tahun depan, lewat LTE bisa disalurkan akses downlink mobile broadband sampai 100 Mbps.

Saat ini perangkat pendukung HSPA+ memang belum tersedia banyak di pasaran, sebagian besar masih berwujud modem USB yang dipasok oleh Huawei, Sierra Wireless, Novatell, ZTE, Picochip, dan Ovation. Menanggapi terbatasnya perangkat, Guntur Siboro menyatakan, ”tidak usah khawatir soal perangkat yang terbatas, bila operator makin banyak yang mengadopsi HSPA+, otomatis vendor akan mulai menawarkan perangkat dalam beragam variasi, termasuk di ponsel,” ungkap Guntur. Hingga kini HSPA+ telah digelar oleh 28 operator di 20 negara. (Haryo Adjie Nogo Seno)

Tidak ada komentar: