6 Feb 2010

“Internet Bergerak” Masih Jalan di Tempat















Apakah Anda pernah merasakan kecanduan Internet, sehingga hampir sebagian besar waktu Anda dihabiskan untuk Internet? Mari kita lihat mengapa Anda dan juga saya sering bergaul dengan Internet. Suatu waktu kita akan mencari jadwal pertunjukan bioskop, atau mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya sebelum memutuskan untuk membeli ponsel baru. Hampir sebagian besar aktifitas tersebut kita lakukan di depan komputer, tetapi tidak demkian di ponsel kita.

Padahal dengan semakin berkembangnya teknologi jaringan selular saat ini akan memungkinkan diaplikasikannya layanan-layanan berkecepatan tinggi seperti halnya di jaringan komputer. Tidak hanya WAP, SMS, MMS, E-mail, Internet dan Chatting, teknologi 3G memungkinkan pengguna mengakses layanan multimedia (videopon), layanan hiburan, bahkan televisi berbasis Internet (IPTV). Lihat saja munculnya berbagai aplikasi baru Internet bergerak yang cukup menarik bagi pengguna telepon selular seperti aplikasi Gmail Java, Google Maps, Opera Mini Browser, Fring Mobile VoIP, ShoZu Mobile Photography dan TelecomTV.

Pada akhir tahun 2007 lalu pelanggan ponsel di Indonesia diperkirakan telah menembus angka 96.41 Juta nomor. Namun, pertumbuhan teknologi Internet bergerak yang demikian pesat masih belum diimbangi oleh antusiasme masyarakat untuk menikmatinya. Salah satu operator selular terbesar mengungkapkan bahwa pengguna Internet bergerak khususnya 3G hanya sekitar 3% dari keseluruhan pelanggan di akhir tahun 2007. Diperkirakan angka tersebut berlaku juga bagi operator-operator lain, bahkan bisa jadi lebih rendah. Mengapa Internet bergerak yang telah lahir sejak beroperasinya GPRS tahun 2000 masih seperti berat untuk melangkah maju?

Pertama, kemampuan daya beli masyarakat yang rendah menjadikan hanya kalangan tertentu saja yang bisa menikmati layanan ponsel. Masalah biaya ini diyakini menjadi faktor utama penghambat pertumbuhan Internet bergerak. Untuk dapat mengakses Internet, kita harus mengeluarkan biaya tidak sedikit untuk membeli ponsel yang mendukung fitur-fitur Internet, terlebih yang mendukung UMTS atau 3G. Harga ponsel yang saat ini masih mencapai Rp 1 Juta lebih, penulis kira sangat berat untuk dapat dimiliki oleh masyarakat kebanyakan.

Selain itu, kita harus mengeluarkan biaya akses yang tidak sedikit ke operator selular, baik yang berbasis waktu, berbasis ukuran file atau yang bersifat flat rate. Dengan mudah kita dapat menebak kalangan masyarakat mana yang mampu menikmati layanan-layanan 3G yang bertarif Rp 250-300 ribu per bulan. Tidak berhenti di sini saja. Ketika kita melakukan suatu transaksi pembayaran melalui ponsel, ternyata kita harus mengeluarkan biaya tambahan yang relatif lebih tinggi dibandingkan ketika menggunakan terminal komputer biasa.

Alasan kedua berhubungan dengan aspek penggunaan. Mengakses Internet bergerak tidak senyaman ketika kita berada di depan monitor komputer yang dilengkapi dengan keyboard dan mouse. Layar dan keypad yang kecil sedikit banyak membuat pengguna merasa canggung ketika mengaksesnya. Sementara alasan ketiga berhubungan dengan terbatasnya konten Internet bergerak. Dari segi konten Internet bergerak, kita dapat membedakannya ke dalam dua jenis, yaitu i) konten layanan elektronik atau e-services yang disediakan oleh operator, dan ii) konten Internet global. Layanan elektronik cenderung didorong oleh pihak operator, sehingga kurang mengakomodasi sebagian besar pengguna ponsel. Sementara konten Internet global sangat melimpah, tetapi yang disederhanakan bagi pengguna ponsel (seperti Wordpress Mobile atau BBC Mobile) masih sangat sedikit.

Teknologi Internet diharapkan dapat menjadi penumbuh industri Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia, sehingga menghasilkan multiplier effect bagi kemajuan pembangunan nasional. GSM Association bersama Prof. Waverman (2007) mengemukakan bahwa peningkatan penetrasi ponsel sebesar 10% di negara berkembang akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi tahunan (GDP) sebesar 1.2%, katakanlah X USD. Sementara pemanfaatan Internet yang meningkat sebesar 10% akan menghasilkan pertumbuhan GDP sebesar 1.25*X USD, bahkan akan mencapai 6.25*X USD karena masuknya teknologi broadband.

Pengguna Internet di Indonesia diproyeksikan akan mencapai angka 57.8 Juta pada tahun 2010, yang akan naik menjadi 80 Juta pada tahun 2012 di mana akan didominasi oleh pengguna ponsel. Akankah “Internet bergerak” mampu menyedot minat masyarakat Indonesia, sementara saat ini masih begitu banyak saudara-saudara kita yang belum dapat menikmati layanan telekomunikasi dasar sekali pun, terlebih lagi untuk dapat menikmati layanan Internet? Semoga tahun 2008 ini dapat menjadi momentum bagi lajunya pembangunan TIK yang didukung oleh teknologi Internet untuk mewujudkan terciptanya masyarakat berbasis pengetahuan yang cerdas, produktif dan ekspresif. (Yoanes Bandung - Praktisi Internet Multimedia)

Tidak ada komentar: