20 Nov 2009

Instant Messaging Vs SMS

























Sampai dua tahun kedepan SMS dipercaya masih menjadi media terpopular untuk berkirim pesan dari ponsel. Tapi dibalik itu, instant messaging siap bersaing menawarkan beragam solusi yang lebih memikat dengan basis internet



Sebagian dari Anda mungkin masih ingat, dahulu untuk mengucapkan selamat ulang tahun dan selamat berhari raya kepada handai taulan, kerap mengandalkan media surat dan kartu pos. Tapi seiring perkembangan teknologi, terutama setelah SMS berlaku lintas operator, popularitas surat dan kartu pos lambat laun meredup. Sejak dua dekade lalu hadir di Tanah Air, SMS hingga kini dan di masa mendatang dipercaya tetap menjadi ’bahasa’ komunikasi terpopuler di jagad layanan selular setelah voice. Menurut beberapa praktisi telekomunikasi, SMS dengan beragam fitur dan layanan turunannya, tetap akan eksis dalam pemakaian lintas teknologi jaringan dan perkembangan ponsel.

Meski life time SMS diperkirakan masih panjang, tapi bukan berarti layanan semilyar umat ini tak bisa digeser. Digeser dari segi trafik tentu tidak, tapi dari segi tren booming kini SMS reguler harus bersaing melawan popularitas instant messaging (IM). IM bukan juga sesuatu yang terlalu baru, tapi gaung IM belakangan ikut merambat naik seiring laris manisnya penjualan ponsel QWERTY bergenre messaging, sebut saja BlackBerry, Wndows Mobile, Nokia E series dan puluhan tipe ponsel ”mendadak Berry” asal Cina. Salah satu jargon fitur yang diusung ponsel-ponsel tadi adalah kemudahan chatting lewat IM. Sebut saja aplikasi yang kini sedang kondang, seperti BBM (BlackBerry Messanger), YM (Yahoo Messanger), Facebook messenger, MSN messenger dan Google Talk.

Lingkup IM yang tadinya dikenal terbatas pada komunitas juga mulai bisa ditepis, indikasinya makin kuatnya orang dari lintas kalangan untuk mengikat diri dalam wahana jejaring sosial. Ditambah tren penjualan BlackBerry dan ponsel QWERTY ala Berry ikut mendongkrak pemakaian IM, artinya tak perlu ponsel berharga mahal untuk menikmati IM. Dari wawancara dengan beberapa responden di Jakarta mengindikasikan pemakaian IM begitu popular, bahkan ada yang berani menyatakan jarang lagi menggunakan SMS. Salah satunya diungkapkan Faizal Adiputra, penggiat komunitas BlackBerry di Jakarta ini menyebutkan, setiap hari hampir tak pernah lagi berkrim pesan lewat SMS, “saya kirim SMS sangat jarang, sebab sebagian besar kolega bisnis dan kawan telah terhubung lewat BBM atau YM,” ujar Faizal.

Tanggapan serupa juga diungkapkan Dewi Banowati (27), karyawati hotel di bilangan Kuningan, Jakarta. ”Sekitar delapan puluh persen pesan singkat sehari-hari menggunakan BBM/YM, SMS dalam sehari tak sampai 5 kali dikirimi, tapi SMS tetap perlu mengingat sebagian kecil kawan tidak terhubung di YM/BBM,” ujar Dewi. Tapi ada juga pendapat yang berbeda, “SMS masih lebih mendominasi kirim pesan untuk sehari-hari, terutama untuk urusan bisnis tetap lebih saya percayakan pada SMS, sebab pesan SMS ada record yang jelas, beda dengan IM,” kata Renno Raymond (33), karyawan event organizer di Jakarta. Walau IM basisnya merupakan media komunikasi untuk sebuah komunitas, kini tak sedikit orang yang membubuhi identitas ID YM dan G Talk pada kartu namanya untuk keperluan bisnis.

Sifat IM yang interaktif, padat fitur, lintas roaming dan lebih murah ketimbang SMS memang menjadi indikasi kuatnya tren ini. Ditambah pihak operator juga jor-joran menurunkan tarif internet, plus kualitas koneksi dan kapasitas jaringan yang kian memadai. Lalu bagaimana pandangan dari sisi operator seputar tren ini? ”Menurut kami trafik SMS tidak akan terganggu, dari hasil rekap data trafik SMS tetap meningkat pesat seiring perluasan cakupan jaringan. Tapi bukannya tak mungkin kedepan porsi SMS akan berkurang karena IM. Kecenderungan ini lebih bisa terlihat pada operator berbasis 3G GSM yang mempunyai banyak varian ponsel pintar,” ujar Irwan Anwar, Executive Vice President Network Services Bakrie Telecom.

Dari info audit SMS operator XL, Indosat dan Mobile8, pada menjelang Ramadhan lalu terjadi peningkatan trafik dua digit di ketiga operator. ”Menurut perkiraan saya, sampai dua tahun kedepan eksistensi SMS belum bisa tergoyahkan oleh IM, meski operator gencar dengan mengeluarkan paket bundling sekalipun. Pasalnya penetrasi internet sebagai basis IM masih tergolong rendah di Indonesia, booming IM juga baru sebatas di komunitas perkotaan,” kata Faizal Adiputra. Tapi apa pun tren yang di masa mendatang, tentu operator tetap jadi pihak yang diuntungkan, bila nantinya pendapatan SMS turun, idealnya pendapatan dari internet bakal meningkat. (Haryo Adjie Nogo Seno)

Tidak ada komentar: