5 Okt 2009

Pat Gulipat Bisnis BlackBerry




















Setelah mengenal kecanggihan layanan BlackBerry. Sisi bisnis BlackBerry juga menarik untuk disimak, selain kompetisi yang ketat, kebijakan migrasi layanan antar operator juga harus diperhatikan


Tak hanya berevolusi dalam soal desain, BlackBerry juga berkembang cepat dalam sistem penjualan, seiring perkembangan dan perluasan target pasar, BlackBerry kini ditawarkan dalam dua platform, paska dan prabayar. Tiga operator, mulai dari Telkomsel, Indosat dan XL kini menawarkan dua sistem billing. Ditambah yang terbaru Axis yang juga menawarkan billing BlackBerry prabayar. Demam BlackBerry pun melanda banyak kalangan, bisa jadi efeknya sama dasyat kala demam melanda di era Communicator. Tapi ada nuansa beda antara BlackBerry dengan Communicator, ini tak lain pasar BlackBerry secara langsung terkait dan terlibat eksklusif dengan akses tiap operator.

Meski operator menjual BlackBery dalam paket bundling, sejatinya nafas operator bukan dari berjualan handset, paket bundling ditujukan lebih untuk memacu pertumbuhan pelanggan baru. Kemudian untuk memperluas jaringan penjualan, operator bekerjasama dengan mitra lima distributor nasional, seperti Trikomsel, E-motion, MLW Telecom, Distribusi Voucher Nusantara, dan Erafone. Sedang untuk impor produk, operator menunjuk appointed buyer guna melakukan pembelian dan impor atas nama operator ke pihak RIM (Research in Motion)

Selain pola penjualan lewat distributor resmi, ponsel BlackBerry juga bisa didapat lewat sistem unlock, biasa dikenal dengan produk BM (black market). Maklum karena permintaan tinggi, ponsel BlackBerry banyak masuk ke Indonesia dengan dibawa dari luar negeri secara tak resmi. Rata-rata dalam keadaan terkunci, sebab di negeri asalnya si ponsel juga dilego dalam paket lock bundling operator. Saat ini sekalipun BM, tetap diberikan label postel lengkap dengan buku manual berbahasa Indonesia dan kartu garansi. Semuanya dibuat oleh pihak importir.

Fenomena persaingan bisnis BlackBerry tergolong gurih, saat ini diperkirakan pengguna layanan BlackBerry di seluruh Indonesia dari empat operator penyedia mencapai 400 ribu, mayoritas di dominasi segmen paskabayar. Untuk melebarkan pasar dan meraih target pelanggan baru, operator mau tak mau harus melibatkan BlackBerry ke pasar prabayar. Jadilah kemudian beberapa tawaran billing BlackBerry yang ”unik” khas prabayar, seperti denominasi voucher mulai dari bulanan, mingguan, bahkan yang terbaru XL menawarkan billing harian.

Setiap operator mempunyai kesamaan tujuan dalam menjual BlackBerry prabayar, ”Idenya dengan konsep prabayar, pelanggan bisa lebih mudah dan cepat untuk registrasi, tidak perlu dokumen apapun seperti halnya paskabayar dan bisa berhenti kapan saja”, kata Handono Warih, Manager BlackBerry dan Internet XL. Terjunnnya BlackBerry ke pasar sachet prabayar membuat layanan ini juga lebih bisa diterima secara massal. Meski tiap operator resminya tak punya niatan, pangsa prabayar sebenarnya kecipratan dampak postif dari membanjirnya ponsel BlackBerry BM. Bagi yang punya ponsel BM bisa dengan cepat menikmati layanan BlackBerry prabayar.

Setelah tarif layanan BlackBerry terlihat lebih murah dengan skema prabayar, lantas apakah masih ada tantangan dalam ekspansi pasar? Menurut Warih, satu-satunya tantantan saat ini adalah harga ponsel yang relatif masih mahal, buat operator hal harus dipecahkan kedepan, mengigat tarif mungkin pas buat kalangan mahasiswa, tapi dari sisi ponsel yang masih mahal juga jadi batu sandungan.

Operator juga punya target dalam pencapaian jumlah pelanggan, biasanya dikur dalam satu tahun. Bahkan saking larisnya permintaan BlackBerry, sebuah sumber menyebut adanya sistem kuota akun BlackBerry untuk tiap operator. Meski hal ini disanggah, tiap operator nyatanya berusaha keras untuk mempertahankan pelanggan BlackBerry yang eksis, walau sebenarnya dimungkinkan untuk melakukan migrasi bila kualitas layanan operator yang digunakan kurang baik.

Migrasi Layanan BlackBerry? Mengapa Tidak

Tentu tak ada operator yang ingin kehilangan pelanggannya, begitu pula dalam ranah kompetisi operator BlackBerry di Indonesia. Dengan pelanggan yang digolongkan sebagai premium user bisa dipastikan tiap operator akan berusaha mati-matian untuk mempertahankan pelanggan BlackBerry. Dalam jagad penggunaan layanan BlackBerry, setiap pelanggan di suatu operator bisa dimungkinkan untuk berpindah ke lain operator, maksudnya dengan mempertahankan akun BIS (BlackBerry Internet Service)-nya, hal ini disebut migrasi akun BIS, konsekuensi nomer ponsel tentu berganti pula.

Fenomena migrasi inilah yang kini hangat dibicarakan, salah satu pengguna BlackBerry di Jakarta, sebut saja Anto namanya, pernah merasa dipersulit untuk migrasi akun BIS oleh operator. ”Prosedur permintaan yang saya utarakan di customer service ditanggapi lama dan cukup berbelit”, ujar Anto. Operator secara tersirat tak rela ada akun BIS yang hengkang dari kandangnya. Akun BIS adalah layanan BlackBerry yang dapat mengakses email umum (berbasis PO3 dan IMAP4), selain akun email BlackBerry dari operator. Akun BIS bisa menyimpan informasi email yang hendak di push ke ponsel.

Untuk migrasi akun BIS antar operator diperlukan PIN, dan pelanggan yang ingin melakukan migrasi akan mendapatkan PIN release dari operator lama. Kelancaran perpindahan info email bisa dilakukan dengan mudah dalam proses ini, kecuali untuk akun email nama@operator.blackberry.com, melekat dengan identitas operator yang dipakai. Peran penting migrasi akun BIS seperti memindahkan akun outlook email kantor yang menggunakan BlackBerry exchange server.

Faizal Adiputra, salah satu pelopor komunitas BlackBerry di Jakarta menjelaskan bahwa setiap pelanggan BlackBery berhak untuk melakukan migrasi. ”Tapi biasanya ada alasan tertentu untuk migrasi, misalnya kualitas jaringan operator yang bersangkutan buruk. Bila demikian operator harus legowo untuk melepas si pelanggan. Si pelanggan juga harus tahu tentang syarat dan ketentuan yang berlaku. Misalnya bila masih dalam paket pembelian kontrak, ya harus selesaikan dulu kontraknya baru bisa pindah. Bila semua urusan administarsi beres, operator biasanya bisa memberikan PIN release maksimum dalam 3 hari”, ujar Faizal.

Masalah ponsel juga harus dicermati jika ingin bermigrasi, bila ponsel di lock, maka harus di open dulu. Indosat menggunakan sistem ponsel lock dalam paket jualnya. Sedang handset dari sistem penjualan XL dan Telkomsel tidak di lock, alhasil ponsel yang dijual kedua operator tadi bisa digunakan untuk layanan operator lain. Faizal menyarankan, idealnya pelanggan BlackBerry menggunakan dua layanan operator untuk menjamin kualitas yang bagus, jaga-jaga bila jaringan salah satu operator down. Sebab sampai saat ini belum ada operator BlackBerry yang bisa menyajikan kualitas layanan dan jaringan sempurna.

Tidak ada komentar: