27 Okt 2009

Energi Efisien Pendingin BTS




















Setengah dari konsumsi listrik BTS (Base Tranceiver Station), dialokasikan untuk keperluan sistem pendingin. Dengan solusi Site Star, konsumsi listrik pendingin bisa di hemat sampai 95 persen



Bagi konsumen, turunnya tarif percakapan dan data di segmen telekomunikasi selular tentu membawa angin segar. Apalagi di tengah krisis saat ini, hanya tarif selular yang dapat turun secara masif. Lain halnya bagi operator, turunnya tarif membuat pendapatan rata-rata operator juga melorot. Sedangkan di sisi lain, biaya operasi (operating expenditure/OPEX) dan belanja modal (capital expenditure/CAPEX) harus terus digenjot untuk optimalisasi layanan, khususnya di sisi jaringan. Nah, bicara optimalisasi jaringan tentu tak bisa terlepas dari keberadaan BTS.

Dalam ’lomba’ memperebutkan jumlah konsumen, operator harus meningkatkan kapasitas, kualitas dan jangkauan layanan. Salah satu implementasinya adalah pembangunan menara BTS di seluruh penjuru Indonesia, dan diperkirakan kini ada lebih dari 45.000 menara BTS yang tersebar di seluruh propinsi. Untuk menutup luasnya coverage nasional, setidaknya masih dibutuhkan penambahan 10.000 menara BTS di daerah-daerah terpencil.

Dengan banyaknya jumlah BTS, tiap operator harus menyediakan OPEX yang tak kecil. Dalam hal ini, biaya operasional yang lumayan besar adalah konsumsi listrik. ”Besarnya kebutuhan energi listrik pada suatu BTS sangat tergantung pada peran BTS dan jumlah peralatan yang terpasang pada BTS itu,” ujar Pekik Argo Dahono, peneliti elektro dari Institut Teknologi Bandung. Umumnya suatu BTS membutuhkan daya listrik secara kontinyu sekitar 2000 watt. Peralatan ini biasanya diletakkan dalam suatu rumah (shelter) tertutup yang dilengkapi pendingin ruangan (AC). Peralatan pendingin ini biasanya memerlukan daya listrik dengan kapasitas sekitar 2000 watt pula. Selain AC dan peralatan telekomunikasi, masih ada beberapa peralatan bantu lain (fan dan lampu) yang memerlukan daya listrik sekitar 500 watt. Jadi satu BTS biasanya memerlukan daya listrik sebesar 4500 watt yang mana hampir setengahnya dipakai untuk mendinginkan ruangan. Kebutuhan daya listrik ini praktis tak berubah dari waktu ke waktu.



Dari ulasan diatas, diketahui konsumsi engeri listrik terbesar pada BTS yakni pada sistem pendingin. Terkait hal itu, Nokia Siemens Network (NSN) pada awal Juli lalu memperkenalkan solusi Site Star. Solusi ini berupa lemari pendingin yang punya kemampuan untuk meningkatkan daya tahan baterai sampai tiga kali, dan disebutkan mampu mengurangi konsumsi listrik pada sistem baterai pendingin hingga 95 persen. ”Site Star dirancang untuk negara yang mempunyai iklim ekstrim, dan pas untuk menggantikan perangkat pendingin lama yang haus energi, dan pada akhirnya bisa menghemat OPEX operator,” ungkap Prashant Agnihotri, Head of GSM/EDGE Product Management NSN dalam sebuah siaran pers.

Berdasarkan spesifikasi, Site Star bisa meningkatkan kapasitas baterai hingga tiga kali pada suhu 35 derajat celcius. Dari konsumsi energi Site Star juga super hemat. Bila sistem pendingin BTS umumnya memerlukan daya sebesar 900 watt pada suhu 35 derajat celcius, maka Site Star hanya memerlukan daya 40 watt pada kondisi suhu yang sama. Perangkat berwujud lemari ini dapat beroperasi diantara suhu -40 derajat sampai 50 derajat celcius. Pandu Sinatriyo, Head of Solution Sales Radio Access NSN Indonesia menyebutkan, Site Star memang akan ditawarkan untuk operator Indonesia, “teknologi ini dipandang pas untuk operator yang tengah mengusung visi green network,” ujar Pandu.

Terkait kampanye solusi green energy di segmen teknologi jaringan, Site Star dapat menjadi unsur pendukung yang penting. Selain utamanya program pembangunan BTS green yang memanfaatkan sumber energi alternatif, seperti dari sinar matahari, angin dan tumbuhan (pohon jarak).

(Sep09)

Tidak ada komentar: