21 Okt 2009

Menembus Batas Angkasa dan Lautan
















Praktis kita terputus dari akses selular kala berada di ketinggian angkasa atau di tengah lautan lepas. Tapi itu dulu, kini sekat pembatas itu telah terbuka untuk wahana udara dan laut



Dampak negatif dari munculnya perang tarif yakni menurunnya pendapatan operator, dimana tingkat ARPU (average revenue per user) operator terus tergerus. Tapi disisi lain operator harus mengalokasikan pendapatan untuk biaya operasional dan kualitas jaringan. Kondisi ini memang dilematis, walau begitu operator tak lantas kehilangan greget untuk menampilkan etalase layanan berkelas tinggi dan unik. Salah satunya adalah gelar value added service disisi jaringan, tapi jaringan yang dimaksud disini sifatnya terbatas, guna menunjang kualitas dan penetrasi di ’ruang’ yang selama ini belum terjamah akses selular reguler.

Wujudnya gelar jaringan selular di atas moda kendaraan, mulai dari bus, kapal laut dan pesawat terbang. Dimana sebelumnya mustahil pengguna ponsel biasa untuk mengakses komunikasi di atas kapal laut dan pesawat terbang. Tentu bukan ranah operator untuk menyediakan moda transportasi, disinilah muncul sinergi antara kepentingan operator dengan perusahaan penyedia jasa angkutan. Meski efektivitas pemanfaatan layanan ini belum bisa dibuktikan, tapi perlahan tiap operator terlihat berkompetisi menghadirkan layanan di ranah baru ini. Kompetisi yang paling kentara yakni antara Indosat dan Telkomsel, dimana masing-masing memilih segmen layanan selular di kapal laut dan pesawat terbang.

GSM over The Air
Bisa dibilang inilah layanan jaringan selular ekstra yang tengah jadi sorotan, pasalnya baru pertama kali operator lokal dapat menyediakan layanan akses ponsel di atas kabin pesawat yang mengudara di ketinggian 5000 meter. Indosat sejak 21 Juli lalu memulai layanan ini dengan menggandeng Aeromobile. Aeromobile adalah perusahaan telekomunikasi dunia yang menyediakan jasa integrasi selular di pesawat dengan cakupan beberapa maskapai penerbangan internasional. Layanan ini difokuskan untuk pelanggan kartu Matrix yang kerap bepergian ke luar negeri, dimana penggunanya bisa mengakses voice/SMS dan internet lewat ponsel biasa dan smartphone sekalipun.

Indosat Aeromobile kini baru menyediakan akses di maskapai Emirates, Malaysia Airlines, Saudi Arabia, Virgin Australia dan Qantas. Untuk menikmati layanan ini tak diperlukan registrasi, yang penting pengguna Martrix sudah mengaktifkan fasilitas roaming internasional. Tapi tak sembarang rute penerbangan menyediakan akses ini, teknologi ini baru diterapkan untuk pesawat berbadan lebar (wide body) keluaran terbaru, sebut saja tipe Airbus A330/340 dan Boeing 777 yang biasa melayani rute lintas benua.

Karena sifatnya roaming internasional, tarif layanan disesuaikan untuk segmen ”virtual country”. Sebagai gambaran, untuk terima dan melakukan panggilan tarifnya Rp 55.000/menit. Terima SMS gratis dan kirim SMS per 160 karakter Rp 13.000, dan tarif internet via GPRS Rp 350/Kb. Sayang saat ini belum ada pesawat dari maskapai Indonesia yang dilengkapi layanan ini. ”Kami tengah menjajaki gelar layanan ini untuk maskapai Indonesia, apalagi beberapa maskapai telah mendapat ijin terbang ke Eropa,” ujar Nora Talib, Senior Commercial Manager Aeromobile. Tentu banyak pertimbangan dari sisi bisnis, pasalnya biaya investasi hardware pico cell dan perangkat komunikasi satelit mencapai US$ 250.000 per pesawat.

GSM over The Sea

Basis teknologinya hampir serupa dengan GSM over The Air, yakni mengandalkan akses satelit. Hingga kini baru Telkomsel yang menggelar layanan ini untuk kapal penumpang Pelni. Sejak 7 Juni 2008, Telkomsel secara bertahap melakukan instalasi pico dan micro BTS GSM IP (internet protocol) untuk 24 kapal Pelni, dimana kini sudah 3 kapal yang siap, yakni Kapal motor (KM) Labobar, KM Gunung Dempo dan KM Kelud. Instalasi pun tak serawan di pesawat, sebab di kapal proses instalasi selular tak berpengaruh langsung pada navigasi kapal.

Untuk pentarifan tidak dikenakan biaya roaming internasional seperti GSM over Tha Air, mengingat kapal Pelni melayani rute domestik. Untuk PoC (poinf of charging) ditentukan dengan jarak pelayaran terdekat dengan suatu area di daratan. Tentunya soal PoC tak lagi jadi soal dengan tarif murah sesama operator. Sebagai sinergi komersial, operator diberi lahan untuk menjual voucher isi ulang dan promo-promo lainnya. Meski beda matra, baik GSM over The Air dan over The Sea sama-sama baru sebatas melayani akses jaringan 2G, dimana akses internet paling optimal lewat EDGE (Enhanced Data Rate for GSM Evolution).

Cyber Bus

Bisa jadi inilah bus paling mahal di Indonesia, bertipe Volvo B12 M 12.000 cc yang di impor built in. Biaya pengadaan dan instalasi elektronik bus ini mencapai Rp 4 miliar. Inilah Indosat cyber bus, disebut cyber karena di dalam bus ini telah dibenamkan layanan komunkasi canggih khas mobile office, seperti video conference, internet, WiFi, intarnet VPN (virtual private network) dan faximili. Akses sambungan ke jaringan luar memanfaatkan modem 3.5G dengan kartu Matrix.

Menurut situs www.omahmlaku.com, bus ini hanya melayani charter di wilayah pulau Jawa. Pihak pengoperasi bus ini adalah PO Nusantara yang bermarkas di Kudus, Jawa Tengah. Untuk menikmati bus dengan kapasitas 10 orang ini memang tak murah, ongkos sewa bus super mewah ini per harinya Rp 5 juta, termasuk biaya supir dan bahan bakar. Menurut Adita Irawati, Division Head Public Relation Indosat, bus untuk segmen korporat ini baru tersedia satu buah, dan pertengahan tahun ini diharapkan bakal ditambah satu unit lagi.

(Sep09)

Tidak ada komentar: