14 Jan 2009

Melacak Kebiasaan Pengunjung di Mal















Dengan dalih meningkatkan pelayanan, sinyal ponsel pengujung di Mal bisa dilacak. Bertujuan positif tapi rawan penyalahgunaan data


Ternyata bukan para koruptor saja yang rajin dilacak sinyal ponselnya. Para pengujung di Mal kini bisa jadi tarket pelacakan lewat sinyal ponsel. Tapi tentu beda tujuan dengan melacak sinyal si koruptor, melacak sinyal ponsel pengunjung di Mal tak lain bertujuan untuk mengetahui kebiasaan para pengunjung selama berada di area Mal. Yang melacak sinyal pun bukan aparat keamanan, melainkan pengelola Mal tersebut.

”Dengan melacak sinyal ponsel pengunjung, pengelola bisa mengetahui setiap rute pergerakan pengunjung di Mal, toko apa saja yang dikunjungi, berapa lama waktu kunjungan per toko. Hasil analisanya bisa dijadikan rujukan bagi pengelola Mal untuk perbaikan layanan, seperti evaluasi jalur pintu masuk hingga penempatan lokasi toilet baru”, ujar Jonathan Richards dalam situs www.timesonline.co.uk. Proses pelacakan ini menggunakan perangkat Path Intelligent Box, alat yang hanya berukuran 30 centimeter ini ditempelkan pada dinding. Sinyal yang dihasilkan oleh ponsel akan ditentukan lokasinya lewat konsep triangulation, yakni mengukur jarak ponsel dari tiga antena penerima.



Teknologi Path Intelligent saat ini sudah ditempatkan di Gunwharf Quays, sebuah Mal modern di pesisir pantai Portsmouth – Inggris. Dua pusat belanja di Inggris juga segera akan menggunakan teknologi ini. Meski pengelola bisa melacak pergerakan pengunjung, identitas pengguna ponsel tetap tak diketahui oleh pengelola. Pihak pengelola Mal hanya mengetahui identitas IMEI dan nomer ponsel, identitas pemilik hanya diketahui pihak operator selular. Teknologi ini dirasa pas untuk mendukung perencanaan marketing dan promosi.

Berkat adanya Path Intelligent malah bisa diketahui asal pengunjung Gunwharf Quays. Dengan mengetahui kode nomer ponsel, salah seorang store manager menyebut cukup besar pengunjung yang berasal dari Jerman. Meski demikian, teknologi ini juga sempat di kritik, sebab hasil datanya sangat rawan untuk disalahgunakan.

(Nov08)

Tidak ada komentar: