30 Des 2009

Siasat Operator Hadapi Bencana Alam

















Dengan mengandalkan mobilitas tinggi, operator selular berperan besar menyambung tali komunikasi kala bencana alam datang

Saat gempa bumi menggoyang kota Padang 30 September lalu, banyak infrastrukur kota hancur. Salah satu imbasnya terkait infrastruktur operator selular. Ratusan ribu orang ditengah kesulitan dan kepanikan sangat sulit untuk mendapatkan akses komunikasi selular. Tak jarang indikator sinyal di layar ponsel lenyap, sekalipun di beberapa area didapati sinyal operator, bukan sesuatu yang mudah untuk bisa menelepon dan SMS, maklum saat itu terjadi lonjakan trafik.

Buntut sulitnya akses selular disebabkan tumbangnya BTS (base tranceiver station) beberapa operator. Walaupun ada BTS yang masih on, bukan berarti masalah teratasi, seperti diketahui pasokan listrik PLN kala itu terputus dan BTS hanya mengandalkan tenaga dari genset yang memerlukan solar. Operator yang aset jaringannya rusak tentu tak tinggal diam. Justru tiap operator sangat kentara saling ’berlomba’ menampilkan image perbaikan jaringan tercepat dengan dibarengi beragam aksi pelayanan sosial.

BTS Mobile
Menyadari pentingnya komunikasi saat terjadi bencana, operator punya jurus yang disiapkan bila infrastruktur BTS tumbang. Salah satu yang diandalkan adalah gelar BTS mobile. Perangkat BTS mobile tak ubahnya BTS reguler yang berada di lahan tahan (green field) dan di atas gedung (roof top). Yang membedakan hanya segi mobilitas, dimana BTS mobile mudah untuk dipindah-pindahkan dengan wahana truk.



Konsep BTS mobile juga dikenal dengan istilah cells on wheels (COW). Beberapa operator besar, seperti Telkomsel, XL, Indosat dan Telkom Flexi diketahui mempunyai armada BTS mobile di setiap wilayah. Secara teknis untuk menggelar BTS mobile hanya butuh hitungan beberapa jam. Umumnya BTS ini ditempatkan di lokasi yang mengalami blank spot akibat BTS regular mati atau bermasalah. Tapi tak jarang BTS mobile dihadirkan guna memperkuat handling trafik di event penting atau di sebuah ajang yang menyedot konsentrasi massa dalam jumlah besar. Contohnya penempatan BTS mobile saat digelar pameran Pekan Raja Jakarta (PRJ) di Kemayoran.

Ada beragam spesifikasi BTS mobile. Semisal BTS mobile yang dilengkapi 3 cell. Maka 1 cell mempunyai 3 Trx (transmitter dan receiver), dimana 1 Trx mempunyai 8 time slot. Time slot inilah yang digunakan oleh pelanggan untuk melakukan komunikasi. Dari 8 time slot, 1 time slot digunakan khusus untuk signaling yang berperan membawa informasi tentang parameter cell. Sisanya 7 slot digunakan untuk komunikasi voice dan GPRS. Jadi 1 cell dengan 3 Trx artinya terdapat 23 time slot yang bisa digunakan bersamaan. Dan secara keseluruhan dalan satu BTS mobile dengan 3 cell dapat menampung 69 percakapan secara bersamaan. Konfigurasi tentu bisa dirubah sesuai kelengkapan perangkat dan besarnya daya, semisal jadi 42 atau 84 percakapan bersamaan.



Pada BTS mobile sudah terdapat rumah BTS (shelter), generator dan alat pendingin. Ketinggian tower umumnya bisa di set sampai 32 meter. Kesiapan BTS mobile bisa lebih cepat bila microwave BTS mobile memperoleh kondisi LoS (line of sight) ke BSC (base station controller), seperti diketahui setiap BTS harus terhubung ke elemen BSC. LoS yakni kondisi pengirim dan penerima tembus pandang tanpa rintangan.

Pada gempa di Padang, Telkomsel mengerahkan 10 unit Compact Mobile Base Transceiver (Combat) yang dilengkapi akses WiFi di sejumlah area publik. Pasca gempa, Telkomsel mengalami gangguan pada 981 BTS di wilayah Sumatera Barat. Selain Telkomsel, XL diketahui juga menggelar XL mobile di posko Satkorlak untuk membantu komunikasi para relawan.

Pico GSM IP BTS over VSAT IP
Inilah solusi yang ampuh dan cepat untuk dirakit saat kejadian darurat. Dengan mengandalkan jalur satelit, maka pico BTS tak perlu repot mencari koneksi ke BSC terdekat. Berkat sistem IP (internet protocol) satelit, jenis BTS ini dapat digelar secara mandiri. Keunggulan lainnya, BTS ini tak membutuhkan antena, low power dan investasi murah. Ditambah lagi untuk tenaganya tak perlu bergantung listrik, yakni cukup lewat solar cell dan baterai.





Tapi sesuai dengan namanya, coverge BTS ini terbilang sangat kecil dan kapasitas handling hanya 1 Trx, berarti hanya 7 sampai 8 percakapan bersamaan yang bisa ditangani. Saat bencana di Padang, Telkomsel mengerahkan 20 unit BTS jenis ini untuk coverage di wilayah terpencil yang sulit dijangkau. Berbeda dengan BTS mobile, pico GSM VSAT IP baru sebatas melayani layanan 2G. Telkomsel sebelumnya sudah mempopulerkan penggunaan teknologi ini dalam kampanye ”Telkomsel Merah Putih”. Sistem teknologi ini serupa dengan yang dipasang pada layanan selular di kapal-kapal milik PT. Pelni.

Early Warning System (EWS)
Pasca Tsunami Aceh tahun 2004, SMS digadang sebagai elemen penting dalam EWS. Tentu disini operator hanya sebagai penyedia layanan, untuk peran sebagai ‘content provider’ diserahkan pada Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Salah satu yang sudah berjalan yakni SMS cell broadcast (CB). SMS CB dipandang tepat karena langsung mengirimkan info darurat ke pengguna di area yang dimaksud. Metode ini dipandang lebih tepat dan efisien ketimbang kirim pesan berdasarkan HLR (home location register).

Pesan hanya bisa dipancarkan berdasarkan area cell per cell atau BTS tertentu, hal ini menjadikan target EWS bisa lebih spesifik. Proses SMS CB dikirim lewat SMSC (short message service center) dan bersifat push message. Pesan yang diterima tidak berbeda dengan bentuk SMS konvensional dan bisa disimpan pada inbox. Selain lewat SMS, CB juga ada yang digelar lewat sistem stream. Dengan stream proses pengiriman lebih cepat diterima tapi isi info berupa pesan yang amat singkat dan tak bisa disimpan di inbox. Metode ini kerap digunakan sebagai promo broadcast saat memasuki area pusat belanja.

Tapi lepas dari semua sistem yang ada, tantangan terbesar yang dihadapi operator adalah potensi hancurnya jaringan bersamaan datangnya musibah. Tapi setidaknya EWS SMS CB bisa menjadi solusi untuk peringatan dini datangnya musibah yang bisa diperkirakan datangnya, seperti Tsunami, banjir dan badai. (Haryo Adjie Nogo Seno)

Tidak ada komentar: