1 Des 2009

Bundling 3G Murah Asli Cina




















Lama dinanti, akhirnya muncul juga ponsel 3G besutan Cina dalam wujud bundling. Harga jual yang murah menjadi pemikat, disamping skema bisnis jaringan dibelakangnya



Pasar ponsel Tanah Air ibarat kata sedang dihujani produk merek lokal yang aslinya buatan Cina. Beragam desain dan fitur unik yang tak digarap serius vendor global disajikan begitu lugas, sebut saja mulai dari TV tuner, dual on, bluetooth stereo sampai pada tren menjamurnya ponsel lokal asli Cina yang berdesain ala Berry. Khusus untuk kelas ponsel ala Berry kini lebih hebat lagi dengan sajian fitur WiFi dan document viewer. Singkat kata, apa yang diminta pasar, pabrikan dari Cina selalu siap menyediakan.

Tapi nyatanya tak semua batasan fitur bisa ditembus, buktinya tak satupun vendor merek lokal yang hingga kini menawarkan fitur 3G. Tentu dengan 3G, tak cuma video call yang bisa dinikmati, tapi koneksi data berkecepatan tinggi juga terasa lebih afdol untuk keperluan browsing. Beberapa sumber dari vendor lokal menyebutkan, teknologi 3G kini belum tersedia untuk kelas ponsel Cina. Jadilah market ponsel asal Cina di Indonesia hanya berkutat di lingkup teknologi 2G.

Pendapat soal keterbatasan ponsel Cina boleh jadi telah gugur, tepatnya setelah dua vendor global dari Cina – Huawei dan ZTE – meluncurkan resmi ponsel 3G untuk pasar Tanah Air. Ponsel 3G yang diluncurkan juga bukan bergenre multimedia kelas atas, melainkan ponsel 3G low cost dengan harga bandrol dibawah Rp 1 juta. Huawei dengan tipe U1280 ditawarkan dalam paket IM3 Groove Indosat dan ZTE dengan tipe F188 ditawarkan dalam paket kartu Telkomsel. Yang lebih menarik, kedua ponsel dijual hanya seharga Rp 888 ribu, padahal fitur dan fasilitasnya berada di range segmen kelas menengah. Selain 3G video call, ada bekal kamera 2 Mpix, bluetooth stereo, support MicroSD sampai 8GB dan mendukung koneksi Microsoft Windows.

Dari segi harga jual kedua ponsel sangat atraktif, sebab ponsel low cost 3G yang ditawarkan pertama di Indonesia oleh LG dan Motorola harganya masih diatas Rp 1 juta. Lalu apakah ada subsidi dari operator? “Untuk bundling ini sama sekali tidak ada subsidi dari operator dan ponsel tidak di lock kartu SIM-nya,” ujar Yunny Christine, Brand Manager PT. Huawei Tech Investment. Pihak ZTE juga menyatakan hal serupa, ”walau produk kami menggunakan lock kartu SIM Telkomsel, tidak ada bentuk subsidi dari operator,” kata Willy Kurniadi, Account Manager Terminal PT. ZTE Indonesia.

Huawei dan ZTE juga tak tergabung dalam proyek ”3G For All” yang digagas oleh GSM Association (GSMA). Lalu mengapa bisa sedemikian murah? Jawaban dari pihak Huawei dan ZTE senada, yakni teknologi pembuatan ponsel 3G sudah tersedia cukup murah dan kedua vendor mempunyai pabrikan sendiri. Meski hadirnya dua ponsel 3G murah ini tak berbau subsidi operator, tapi perlu dicatat kedua vendor bisnis utamanya bukan berjualan ponsel, melainkan solusi teknologi jaringan 2G dan 3G GSM/CDMA. Beberapa operator di Tanah Air tak sedikit yang telah memakai jasa teknologi jaringan dari kedua vendor ini. Semisal solusi jaringan Huawei kini sudah digunakan luas oleh Telkomsel, Indosat, XL, Axis dan Bakrie Telecom.

”Untuk saat ini pola penjualan ponsel bundling lebih sebagai pelengkap bisnis, utamanya kami fokus pada penjualan solusi jaringan,” ujar Yunny. Maka tak heran operator yang menjadi mitra bundling, semuanya adalah pengguna solusi teknologi jaringan Huawei. Pola ini juga berlaku untuk pasar global, baik produk Huawei dan ZTE lebih dominan dijual dengan bundling. Selain menawarkan ponsel, bundling juga cukup popular dalam bentuk modem 3G.

Dengan penguasaan teknologi yang tinggi, roadmap produk yang beragam dan kapasitas produksi yang besar. Muncul pertanyaan, mengapa kedua vendor terkesan tak berani berlaga menjual ponsel langsung ke pasar? Padahal merek kedua vendor sudah cukup dikenal. Jawaban dari Yunny dan Willy lagi-lagi serupa, untuk terjun ke penjualan langsung diperlukan survei yang mendalam dan kesiapan investasi yang besar, seperti pembentukan divisi penjualan dan distribusi. ”Hasil survei kami saat ini mengindikasikan lebih tepat untuk menjual produk lewat bundling, buktinya kini semua vendor memang mengarah ke bundling,” ujar Willy.

Kedua vendor berdalih memilih kemitraan dan pelayanan jangka panjang dalam payung bundling operator. Dengan bundling ke operator, setidaknya elemen distrubusi tak menjadi urusan vendor. Tapi kedepan, baik Huawei dan ZTE tak menepis kemungkinan akan menjual produk secara langsung. Khusus ZTE beberapa tahun lalu sempat menjual dua produk dual on GSM CDMA secara langsung, tapi kemudian tak terdengar kabar beritanya lagi. (Haryo Adjie Nogo Seno)

Tidak ada komentar: