11 Mar 2010

Antara Strategi Bundling dan Promo Limited Edition




















”operator dan tokolah yang nantinya akan mem-bundling kontrak dengan ponsel yang sesuai dengan besarnya kontrak”


Berbagi sedikit pengalaman saat kuliah di negeri Kincir Angin, saya sempat magang di perusahaan ponsel ternama di kota Delft, Belanda selama setengah tahun. Sudah lumrah bila dilucurkan sebuah produk baru, saya selalu berkesempatan untuk menjajalnya. Seperti sudah diketahui, pasar ponsel di belahan Eropa Barat didominasi oleh segmen pasca bayar, dimana yang berlaku adalah ’hukum’ kontrak untuk berlangganan selama periode 1 atau 2 tahun. Kebanyakan ponsel bahkan tidak di-operator locked, sehingga dapat digunakan dengan kartu SIM dari operator lain.

Seringkali operator mengadakan promosi yang menarik, sehingga dianggap ‘good deal”. Dengan biaya bulanan yang tidak terlalu mahal, paket percakapan dan SMS yang memadai, pengguna ponsel bisa mendapatkan ponsel terbaru yang apabila dibeli tanpa berlangganan akan mahal sekali harganya. Spesial paket seperti ini biasanya di SIM-locked untuk jangka waktu 1 atau 2 tahun (bergantung pada lamanya kontrak), dan hanya bisa digunakan dengan SIM-card operator langganan. Cirinya antara lain memiliki logo operator di body ponselnya. Serupa dengan pola paket ponsel BlackBerry dengan Indosat yang mengadopsi sistem locked.

Dengan pola tersebut bisa dibilang pasar yang ada mengadopsi konsep operator market. Bahkan, ponsel pasca bayar pun kebanyakan di bundle oleh operator, seperti yang dilakukan kebanyakan operator CDMA di Tanah Air.

Strategi Limited Edition
Untuk menambah hangatnya persaingan, vendor seperti tempat saya magang kerap membuat ‘exclusive deal’ dengan operator. Bentuk kerjasamanya bermacam-macam. Namun yang sering dilakukan adalah eksklusivitas warna. Contohnya untuk sebuah handset yang menduduki peringkat 1 Gfk (Growth for Knowledge, market research company) selama berminggu minggu, vendor mengeluarkan lebih dari 5 warna berbeda. Satu warna adalah warna dasar dan tidak diperuntukkan special operator ataupun toko. Warna lainnya merupakan hak eksklusif dari operator yang berbeda, atau toko yang meminta warna khusus untuk menyambut event tertentu.

Sebagai contoh, warna pink sebuah ponsel hanya diproduksi secara eksklusif untuk toko ponsel bernama The Phone House dalam rangka menyemarakkan hari Valentine. Warna emas, hanya diproduksi khusus untuk sebuah operator dalam rangka menyemarakkan acara pemilihan Elite Model Look. Selain itu, ketika vendor tempat saya magang dan salah satu operator terbesar di Belanda sama-sama mensponsori sebuah film box-office bertemakan cinta, warna merah pun ditelurkan ke pasaran. Warna warna eksklusif ini membuat ponsel menjadi limited edition, dan bisa menambah kebanggan bagi sang pemilik ponsel.

Dilihat dari kacamata vendor, kerjasama dengan operator dan retail akan membantu meningkatkan penjualan, terutama jika dipadu dengan strategi pemasaran yang efektif dari pihak vendor sendiri. Walaupun vendor dapat berinisiatif untuk menawarkan berbagai jenis ponsel yang custom made untuk operator tertentu, operator dan tokolah yang nantinya akan mem-bundling kontrak dengan ponsel yang sesuai dengan besarnya kontrak.

Tampaknya praktek ini dirasa masih sulit untuk diterapkan di Indonesia. Kendala utamanya bukanlah terbatasnya kreativitas orang Indonesia dalam menciptakan paket yang menarik, tapi lebih kepada masih rendahnya jumlah penggunaan pasca bayar. Sistem pasca bayar di negara maju sangat sistematis dan juga kuat dilindungi hukum dan badan kredit. Apabila ada konsumen yang tidak membayar otomatis namanya di black list di badan kredit nasional.

Di Indonesia tampaknya institusi terkait masih belum terintegrasi sepenuhnya dan koordinasi antar institusi dirasa masih kurang. Misalnya, masih ada orang yang memiliki 2 buah KTP. Walau banyak tantangannya, seiring perkembangan sistem pemerintahan dan perbankan, sebenarnya kontrak bundling dengan ponsel bisa dikembangkan lebih jauh. Pola di Indonesia bisa saja benar-benar sama seperti di Eropa tadi, tapi untuk implementasi secara besar-besaran mungkin pihak operator masih harus berpikir cermat. Maklum semakin besar unit yang dilempar ke pasar, risiko yang ditanggung juga cukup tinggi. (Adinda Nesvia, Pemerhati Telekomunikasi, saat ini bekerja di salah satu vendor ponsel)

Tidak ada komentar: