25 Feb 2009

Migrasi Operator CDMA Menuju LTE







LTE menawarkan lompatan teknologi yang memukau industri operator. Tak hanya kubu GSM yang siap meminang LTE. Kubu operator CDMA juga mampu bermigrasi secara mulus ke LTE lewat solusi eHRPD.


Setiap operator memiliki rencana strategis guna mengembangkan kualitas layanan. Apalagi kebutuhan kualitas layanan di segmen data telah meningkat pesat. Operator di Tanah Air boleh dibilang lumayan update untuk urusan adaptasi teknologi, meski belum tentu ada relevansi pada soal kualitas. Sebut saja untuk mengusung layanan data, operator di Tanah Air sudah mengadopsi 3G, HSDPA (high speed downlink packet access) dan segera menyusul HSUPA (high speed uplink packet access) yang punya kecepatan transfer data hingga 5,6 Mbps. Itu baru platform teknologi dari kubu GSM. Kubu CDMA juga menawarkan versi CDMA2000-1x EVDO Rev A yang punya kecepatan hingga 3,1 Mbps.

Baik kubu GSM (global system for mobile communication) dan CDMA (code divison multiple access) kini menawarkan solusi dalam tatanan platform 3G/3,5G. Walau teknologi yang ada belum tergali maksimal, operator sudah punya tawaran lompatan lebih jauh menuju platform generasi keempat (4G). Bekal teknologi 4G yang dimaksud adalah LTE (long term evolution). Untuk Indonesia, baru operator GSM Telkomsel yang menyatakan minat menggunakan LTE. LTE sendiri adalah teknologi lanjutan dari generasi 1xEV-DO, awalnya digunakan untuk pengembangan komunikasi suara, kemudian ditingkatkan untuk data.

Solusi LTE mampu memisahkan proses downlink dan uplink pada dua pipa spektrum yang berbeda. Kecepatan transfer data LTE bisa mencapai 100 Mbps. Uplink-nya berbasis pada teknologi yang dinamakan SC-FDMA (single carrier frequency division multiple access). Dengan teknologi ini baterai handset akan lebih tahan lama meski digunakan untuk koneksi data. LTE berjalan di spektrum yang selama ini akrab digunakan operator, yakni 450/850/900/1800/1900/2100 Mhz. Selain juga beroperasi pada spektrum 700 Mhz dan 2,5 Ghz yang rencananya dialokasikan untuk WiMax.

Tiga alternatif migrasi CDMA ke LTE


Dengan kebolehan LTE, tak hanya operator GSM yang tertarik menggunakannya, kubu operator CDMA secara teori juga bisa menggunakan platform LTE. Operator bisa diuntungkan dari segi gelar jaringan, pasalnya LTE mampu mencakup jaringan yang lebih luas dengan nodes (BTS) yang lebih sedikit. Umpamanya dalam jaringan GSM dibutuhkan 5 BTS, maka pada jaringan LTE hanya dibutuhkan dua nodes di wilayah yang sama. Bila operator GSM/UMTS bisa berevolusi ’alami’ ke LTE, tidak demikian dengan operator CDMA. Menurut informasi dari cellular-news.com, ada tiga jalan alternatif buat operator CDMA untu bermigrasi ke LTE.

Tiga Alternatif
Alternatif pertama yakni dengan jalan menggunakan LTE sebagai jaringan lapis kedua pada sistem HRPD (high rate packet data) yang terpadu. HRPD adalah protokol dalam komunikasi mobile 3G yang berbasis pada jaringan CDMA2000. Tapi alternatif ini bakal memakan biaya investasi yang sangat besar. Pelanggan juga harus melakukan roaming dari jaringan HRPD ke jaringan LTE untuk menikmati layanan, tentunya pelanggan tak bisa mendapatkan layanan internet yang seamless.

Alternatif kedua operator CDMA melakukan langkah migrasi terlebih dahulu ke platform 3G/UMTS sebelum masuk ke LTE. Cara ini membutuhkan jaringan baru hampir pada banyak elemen, termasuk penggantian ponsel yang digunakan oleh pelanggan. Langkah ini juga dipandang sangat mahal dan berpotensi masalah pada kelanjutan IP (internet protocol) session antara jaringan HRPD dan 3G/UMTS.

Lalu alternatif ketiga bisa dipandang lebih masuk akal, yakni dengan mengusung eHRPD (evolved). eHRPD adalah metode yang mengizinkan bagi operator untuk melakukan upgrade pada jaringan HRPD mereka lewat elemen SAE (system architecture evolution)/EPC (evolved packet core). eHRPD adalah jalan singkat bagi operator CDMA untuk mengadopsi layanan LTE secara seamless service dalam single packet switched core network.

Arsitektur eHRPD


Untuk menggelar eHRPD pada jaringan (lihat bagan 2), diperlukan penambahan perangkat HSGW (HRPD Serving Gateway). Fungsi HSGW yakni memastikan konvergensi mobilitas manajemen antara HRPD dan jaringan LTE. HSGW juga menyediakan interwoking antara HRPD access node dan Packet Data Network Gateway (PGW) sebagai elemen SAE/EPC. Dalam teori, jaringan eksisting Packet Data Serving Node (PDSN) bisa di integrasikan atau di upgrade ke dalam perangkat HSGW.

Setelah proses migrasi ke eHRPD selesai, pekerjaan selanjutnya adalah mengembangkan LTE RAN atau (E-UTRAN/evolve-Universal Terrestrial Radio Access Network). E-UTRAN adalah wireless data extension yang umum digunakan pada teknologi GSM. Langkah terakhir disisi core network yakni mengembangkan Mobility Management Entitiy (MME).

Pilihan untuk migrasi bagi sebuah operator tentu berpulang pada beberapa faktor, diantaranya yang utama seperti mengatur strategi radio akses, strategi sumber jaringan, tipe layanan yang memungkinkan, waktu yang tepat dan alokasi biaya. Kunci sukses LTE akan sangat bergantung pada tersedianya layanan yang mudah untuk koneksi handover dengan non 3GPP mobile network. Sampai hari ini memang belum terdengar operator yang bakal mengadopsi eHRDP. Tapi tak menutup kemungkinan eHRDP bakal dilirik bila secara bisnis dihitung layak.

Selama dua dekade, teknologi komunikasi selular terbagi dalam dua standar utama. Pertama basis teknologi 3GPP untuk kubu GSM/UMTS. Kedua basis teknologi 3GPP-2 untuk kubu platform CDMA. LTE sendiri diciptakan oleh Qualcomm, tapi kemudian banyak vendor yang terlibat untuk LTE, seperti Nokia Siemens, Ericsson, Huawei dan ZTE.

(Jan09)

Tidak ada komentar: