4 Jul 2008
Diagnosa Problem pada Jaringan WiFi
Kemampuan WiFi cukup luas untuk menghadirkan layanan internet WLAN yang terintegrasi. Untuk mendukung kualitas akses yang terpercaya, hadirnya fungsi monitoring mutlak diperlukan guna mengetahui terjadinya probem secara cepat.
WiFi (Wireless Fidelity) kini tengah menjadi tren teknologi yang digandrungi oleh para pengguna PDA phone, laptop dan smartphone. Fleksbilitas akses yang berkonsep dari sistem WLAN (Wireless Local Area Network) ini memberikan kemudahan tersendiri untuk mengakses internet dengan kecepatan tinggi dan biaya relatif murah dalam pola paket. Bahkan untuk kepentingan promosi, tak sedikit lokasi menyediakan titik akses WiFi (hotspot) secara gratis. Di beberapa tempat bahkan menjadikan WiFi sebagai “suguhan” wajib, semisal di area bandara, plaza hingga pertokoan besar. Tanpa gelar WiFi, sebuah pusat belanja atau komersial modern rasanya akan kehilangan daya pikat.
Namun booming WiFi di beberapa lokasi pada kenyataannya belum mampu menghadirkan layanan akses yang memadai, banyak peluang dan potensi akses WiFi tak berjalan optimal. Problem yang kerap muncul seperti sulitnya log in ke jalur akses akibat trafik yang berat, dan speed data yang lambat. Alih-alih bisa memutar video streaming, bahkan untuk browsing pun sulit. Berangkat dari kasus diatas, Stefan Savage, profesor ilmu komputer dari University of California San Diego (UCSD), tengah mengembangkan sistem diagnosing faulty WiFi. Konsep ini bekerja untuk memonitor dan mendiagnosa terjadinya masalah hingga kegagalan akses WiFi yang difokuskan pada gedung bertingkat.
Pusat monitor akan secara otomatis mengetahui indikator problem lewat trafik slow dan signal dip yang membuat sambungan akses terganggu. Dengan mengetahui problem yang terjadi, diharapkan tim teknis dapat merespon kerusakan lebih cepat dan mudah. Apakah masalah ditimbulkan oleh hardware malfunction atau software bugs.
Untuk mendukung konsep ini, diperlukan dukungan peran hardware dan software. Dalam uji coba di Computer Science Building UCSD, Stefan Savage menempatkan 192 trafik monitoring radio dan 40 hotspot WiFi yang penempatannya disebar ke wilayah 4 lantai (lihat gambar). Pada dasarnya akses WiFi mengirinkan wireless data yang berasal dari jaringan kabel (wired network). Peran radio monitoring yakni untuk mengumpulkan informasi tentang trafik dan data report di semua titik wireless, mengetahui kekuatan dip sinyal yang kemudian kesemuanya disalurkan ke storage server. Sedang peran software yang disebut Jigsaw, ialah menggabungkan data antar radio monitoring yang berbeda, kemudian membuat sebuah sistem tunggal dalam unified report of building wide wireless operations.
Di lain pihak, David Wetherall, direktur Intel Reseacrh di Seattle – Amerika Serikat, menyebutkan pada dasarnya tak mudah, bahkan tak mungkin untuk mengumpulkan semua paket data dalam keseluruhan aktifitas aktual di jaringan wireless, berbeda dengan jaringan kabel, proses penghitungan jumlah paket masuk dan keluar lebih mudah dan lebih terpercaya. Untuk memecahkan masalah itu, fungsi monitoring lebih ditekankan pada aktifitas pengukuran tak langsung. Sebagai contoh, jika radio monitoring memantau sebuah laptop tengah menerima paket data, tetapi radio monitor tak bisa melihat apakah paket data telah terkirim, maka algoritma akan menyatakan paket data telah sukses disalurkan.
Konsep teknologi dari Stefan Savage rasanya cukup pas untuk segera diterapkan, mengingat kendali kualitas WiFi di beberapa area gedung kadang tak maksimal, bahkan bisa dibilang belum reliable untuk penggunaan beberapa aplikasi yang memerlukan bandwidth besar. Sudah menjadi kewajiban bagi ISP (Internet Service Provider) untuk selalu siaga menanggapi setiap problem di jaringan WiFi secara cepat. Konsep monitoring ini menjadikan gelar WiFi menyerupai gelar jaringan selular, dimana hotspot WiFi berperan layaknya BTS (Base Tranceiver Station) yang performanya selalu mendapat kendali dari OMC (Operation and Maintenance Centre). “Jika tahap ini sukses, selanjutnya tak menutup kemungkinan untuk mendesain monitor citywide WiFi, meski tantangan yang dihadapi bakal lebih rumit ketimbang monitoring WiFi di gedung,” ujar Stefan.
(Des07)
Kategori
Jurnal Tekno
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar