30 Nov 2010

Locate Me - Berbagi Koordinat GPS dengan Mudah

















Jalur berbagi lokasi GPS lebih mudah diterima lewat SMS dan email. Lewat sinergi dengan Google Maps, aplikasi ini bisa mempunyai banyak arti bagi penggunanya



Selain bernilai guna, idealnya setiap aplikasi yang ditawarkan ke pasar harus dirancang untuk mudah digunakan oleh penggunanya. Hal inilah yang mendasari lahirnya LocateMe, sebuah aplikasi share koordinat GPS (global positioning system) besutan developer Applied PDA Software, Inc dari Ontario, Kanada. LocateMe menawarkan share koordinat GPS lewat jalur yang mudah, sederhana, dan tebukti handal, yakni email dan SMS. Bila ditelaah, aplikasi bergenre share GPS sudah ada beberapa di pasaran, tapi LocateMe punya sisi unik dari proses yang simpel dalam berbagi lokasi.

Tak seperti halnya aplikasi berbasis GPS yang sudah ada, pengoperasian LocateMe cukup mudah dengan koneksi langsung ke menu email dan SMS. Juga tersedia Geo Note untuk menuliskan informasi menarik yang dibekali koordinat GPS. Soal akurasi tidak perlu diragukan, koordinat GPS dapat dituangkan visualnya dalam Google Maps. Share koordinat GPS punya beragam manfaat, selain sekedar untuk mengabarkan keberadaan kita di sebuah lokasi, aplikasi jenis ini juga bermanfaat untuk keperluan darurat, semisal bila tersesat di belantara hutan, maka posisi kita akan lebih mudah untuk ditemukan oleh tim SAR. (Haryo Adjie Nogo Seno)


Sumber : http://www.appliedpda.com/downloads/details/19
Besar File : 385 Kb CAB
Harga : US$ 2,99 / free trial 3 hari
Ponsel Pendukung : Windows Mobile 5.0/6.0 dengan GPS


1. Tampilan awal saat LocateMe diaktifkan, aplikasi otomatis melakukan proses untuk mendapatkan sinyal GPS.











2. Untuk mendapatkan sinyal GPS yang baik tentu bergantung pada kondisi cuaca. Semakin banyak sinyal satelit yang didapat, akurasi koordinat kian sempurna.










3. Anda bisa share koordinat GPS lewat email, tapi sebelumnya tentukan lebih dulu default email yang akan digunakan.











4. Visual email message LocateMe, subject email langsung di setting otomatis, isi pesan berupa koordinat GPS.











5. Selain berbagi lokasi GPS via email dan SMS. Anda bisa menuliskan catatan special dalam Geo Note, informasi yang dicantumkan termasuk koordinat GPS, waktu, dan tanggal.










6. Visual koordinat GPS saat diinput dalam Google Maps (http://maps.google.com/). Koordinat sangat akurat dengan mengambil contoh lokasi kantor redaksi majalah SELULAR.







15 Nov 2010

Efek Perang Tarif : Pengguna Bingung, Siapa Lagi Yang Buntung ?
























Sebagai pengguna telepon selular, saya termasuk yang pusing tujuh keliling dengan perang tarif yang makin lama kian tidak jelas. Meski sebagai pengguna kartu paska bayar, saya juga memiliki beberapa nomor pra bayar yang (terus terang saja) dipilih karena mempertimbangkan tarif tadi. Pusing pertama karena bingung memilih mana yang sebenarnya paling murah. Dan pusing kedua karena siapa yang paling murah ternyata bisa saja berganti dalam hitungan hari. Itu artinya nomor tersebut harus dihanguskan atau membeli nomor baru. Semua tahu, mengelola dan menghidupkan banyak nomor selular sekaligus tak semudah yang diperkirakan.

Jika dulu perang promosi antar operator lebih bervariasi dari sekedar permainan tarif, sekarang komponen tarif seperti menjadi mendominasi perang antar operator. Dahulu operator masih bisa berpromosi sambil membanggakan luasnya jaringan, kejernihan suara, hingga layanan tambahan lainnya. Namun kini, promosi sangat fokus pada berapa nominal rupiah yang dikeluarkan per detik dan yang paling konyol lagi sampai muncul persepsi perang tarif operator saat ini adalah perang angka nol paling banyak.

Penurunan tarif percakapan khususnya percakapan lokal cepat atau lambat harus dan akan segera terjadi mengingat rencananya mulai April 2008 akan diberlakukan tarif interkoneksi baru yang akan turun hingga 30%. Namun yang tidak disadari oleh para pengguna adalah, apakah operator telah siap dengan skenario lonjakan pengguna yang tinggi dalam waktu singkat. Bisa jadi mereka tidak peduli, karena yang penting murah, putus-putus atau mati di tengah jalan adalah konsekuensi.

Perang tarif yang semakin lama semakin norak (setidaknya menurut saya) di satu sisi merupakan fenomena bisnis yang biasa, namun menjadi tak biasa karena pihak operator sibuk mengekplorasi komponen yang tidak penting dan sepertinya sengaja untuk mengorbankan perang di tataran kualitas layanan. Padahal, dengan diturunkannya tarif percakapan oleh sebuah operator, dalam waktu singkat akan memacu keinginan pengguna secara signifikan untuk terus berbicara yang akhirnya meningkatkan kepadatan lalu lintas percakapan.

Jika menilik pengalaman pas hari raya saja, dimana jaringan operator seringkali tumbang dan kepentingan pengguna tak terlayani dengan baik, bisa dibayangkan jika kondisi tersebut berlangsung setiap harinya. Idealnya penurunan tarif harus diimbangi kenaikan kapasitas jaringan dan ini berarti peningkatan biaya. Nyatanya, penurunan tarif percakapan yang diikuti dengan kenaikan volume percakapan tidak serta merta ikut menyumbang peningkatan pendapatan yang signifikan bagi operator. Dan kondisi ini berimbas dengan skenario terburuk, tidak akan ada peningkatan kualitas jaringan yang sebanding dengan peningkatan jumlah penggunaan jaringan oleh pengguna.

Dari kacamata pribadi, perang tarif menunjukkan bahwa operator mulai kehabisan ide untuk memenuhi target pengguna selular yang dilayaninya. Yang lebih ironis, operator justru berebut pasar yang memang tidak loyal. Pada akhirnya bukan operator saja yang buntung, komponen lain yang bersinggungan dengan dunia selular juga ikut murung. Dengan biaya percakapan yang nol sekian rupiah per detik, masih jauh lebih murah ketimbang akses 1 Kbyte data dengan menggunakan GPRS atau 3G yang berkisar 10-25 rupiah per Kbyte-nya.

Ini artinya, konten terasa semakin mahal jika ditilik dari tarif percakapan. Dan ini imbasnya, bisnis konten menjadi semakin sulit meraup keuntungan padahal situasi saat ini sudah sangat berat. Dan bukan rahasia lagi jika bandwidth untuk penggunaan bisnis konten oleh Content Provider selalu mendapatkan porsi yang jauh lebih kecil. Dalam jangka panjang bisnis konten akan semakin mandek, tak akan banyak inovasi muncul, peluang baru pun akan mati. Siapa yang rugi? (Antonius Aditya Hartanto – Praktisi Konten Multimedia)

11 Nov 2010

Emoze - Push Mail Gratis Multi Platform












Sudah gratis multi platform pula. Emoze menawarkan beragam layanan email terpopuler dengan mudah tanpa registrasi


Tak banyak aplikasi push mail gratisan yang punya kemampuan multi platform, artinya sang developer secara ‘baik hati’ merancang aplikasi dengan desain per sistem operasi. Dengan desain per sistem operasi, dipastikan kinerja dan user interface aplikasi jauh lebih menarik ketimbang hanya mengandalkan platform Java. Nah, aplikasi yang dimaksud adalah Emoze yang sudah ada sejak tahun 2006. Emoze tergolong lengkap menyajikan push mail gratis untuk platform Symbian (SIS), Windows Mobile (CAB), dan JAR ntuk platform Java based.

Menggunakan Emoze juga sederhana, sebab untuk menggunakan Emoze tidak diperlukan proses registrasi akun aplikasi. Cukup unduh, bisa langsung dari ponsel atau web PC, lalu aktifkan akun email Anda. Sistem server Emoze dapat mendeteksi langsung jenis ponsel yang Anda gunakan, bila mengunduh dari http://m.emoze.com. Untuk versi Emoze gratisan, tak semua jenis email bisa dilayani. Tercatat hanya Google Mail, Windows Live, Facebook, AOL, dan Hi5 yang dapat dilayani. (Haryo Adjie Nogo Seno)


Sumber : www.emoze.com atau http://m.emoze.com
Besar File : 1,43 Mb
Harga : Gratis
Ponsel Pendukung : Symbian, Windows Mobile, dan Java

1. Sebelum mulai mengaktifkan Emoze, ada pilihan untuk jenis layanan paket data yang akan dipakai. Untuk menjamin push mail lancer pilih opsi automatic, GPRS akan always on.






2. Untuk memulai silahkan klik add account. Proses koneksi terbilang cepat, jalur koneksi sejatinya bisa memanfaatkan akses WiFi dan selular.






3. Beragam jenis layanan email yang bisa digunakan dalam Emoze, Google Mail (Gmail), Windows Live, Facebook, AOL, dan Hi5.







4. Dalam tulisan ini, kami menguji push mail dari akun Gmail, Windows Live, dan Facebook. Sementara layanan Yahoo Mail tidak bisa digunakan di Emoze.






5. Visual list akun email dalam menu Emoze, bila akun terkoneksi ditandai ikon warna hijau (connected).







6. Visual inbox message Gmail dalam Emoze. Setiap email dapat dibuka dengan cepat. Disini Anda bisa mengirim dan menerima email dengan attachment hingga 100Kb per message.






7. Visual isi message yang telah dibuka. Kelebihan lain dari Emoze, tiap akun email yang Anda gunakan bisa langsung masuk di dalam menu message utama, bersama SMS dan MMS.






8. Saat push mail masuk, pada home screen muncul ikon informasi inbox yang dapat dibuka secara langsung.

8 Nov 2010

25 BTS Telkomsel Kembali On Air di Merapi


Perjuangan team Network Operation Telkomsel saat menghidupkan BTS di site Turi, area Ring I Merapi














Setelah letusan dahsyat Merapi hari Jumat (4/11/2010), diberitakan di berbagai media bahwa puluhan BTS (base transceiver station) operator down, sehingga tak bisa melayani komunikasi di sekitar wilayah Merapi. Down-nya BTS operator hingga kini diketahui bukan akibat semburan awan panas alias wedhus gembel, melainkan akibat terputusnya pasokan listrik di area sekitar BTS.

Telkomsel yang menyediakan BTS 3G di Merapi juga mengalami down pada 32 unit BTS. Putusnya komunikasi dari BTS membuat pihak relawan dan pengungsi kesulitan untuk berkoordinasi lebih lanjut. Menyadari kebutuhan yang mendesak, Direktur Utama Telkomsel Sarwoto Atmosutarno mengatakan, “Kami terus berupaya secepat mungkin memulihkan jaringan, kami berharap secepat mungkin seluruh layanan kembali normal.”

Alhasil pada hari Minggu (7/11/2010) sebanyak 25 unit BTS kembali on air setelah dilakukan “Quick Site Recovery” dengan memberdayakan pasokan genset serta melakukan optimalisasi jaringan Dengan beroperasinya 25 BTS tersebut, kini coverage Telkomsel telah menjangkau kembali wilayah Muntilan, Magelang, dan Purworejo. Bahkan di beberapa wilayah, seperti akses Yogyakarta – Muntilan dan area Gedung Agung Yogyakarta hanya dapat dijangkau oleh jaringan Telkomsel. Untuk menjaga performansi jaringan dan mempercepat pengoperasian kembali BTS-BTS yang kehilangan pasokan listrik, pihak Telkomsel telah mendatangkan lebih dari 30 mobile genset.

“Selain telah mengoperasikan kembali 25 BTS, Telkomsel juga mendatangkan 1 unit Compact Mobile Base Transceiver (COMBAT) atau mobile BTS untuk menambah kapasitas handling trafik komunikasi. COMBAT ditempatkan di area Gedung Agung Yogyakarta untuk men-support layanan data bagi rombongan kepresidenan. (Haryo Adjie Nogo Seno)

5 Nov 2010

Bisnis Konten, Tak Ramah Bagi Pendatang Baru


















Banyak hal menarik yang perlu dicatat seputar fenomena pertumbuhan bisnis konten yang tumbuh pesat tiga tahun terakhir di Indonesia. Selain munculnya banyak alternatif layanan baru yang unik, di tahun-tahun tersebut SMS premium ternyata primadona utama bagi para Content Provider (CP), sesuatu yang mungkin tidak terjadi di negara lain.

Tampilnya SMS premium sebagai bisnis utama sebuah CP awalnya sedikit diluar perhitungan. Berbeda dengan layanan data melalui GPRS yang sebenarnya lebih kaya akan variasi layanan, SMS ternyata justru jauh bisa diterima oleh pengguna. Bahkan hingga saat inipun, turunan dari layanan-layanan terbaru yang dikeluarkan oleh CP-CP pun tak jauh-jauh dari pemanfaatan SMS Premium. Sekalipun hanya digunakan sebagai ‘media charging’ alias pentarifan saja. Alasannya sederhana saja, operator belum siap dengan model pentarifan premium terhadap layanan GPRS.

Meski tetap optimis, bisnis SMS premium sendiri sebenarnya sedang mengalami masa ‘kejenuhan’. Salah satunya adalah maraknya SMS Subscription alias PUSH. Sebagian besar CP tanpa dikomando, ‘memaksakan’ dan ‘terpaksa’ menyelenggarakan layanan ini untuk menjaga eksistensi bisnisnya. Meski mungkin bagi banyak orang terlihat biasa, namun fenomena ini memberi indikasi CP mulai sedikit ‘frustasi’ pasar yang ada. Fenomena ini juga memberi indikasi bahwa jumlah pengguna layanan-layanan SMS premium ini sendiri kurang tumbuh seperti yang diprediksikan. Jumlah nomor baru yang dikeluarkan memang bertambah, namun pengguna uniknya meningkat tidak seperti yang diprediksi. Untuk itu para CP berusaha menjaga konsistensi pendapatan dengan cara ‘memaksakan’ pengguna untuk berlangganan.

Bahayanya, layanan model ini rentan terhadap manipulasi dan kecurangan melalui pemaksaan yang mencoreng citra bisnis konten secara keseluruhan. Semuanya dilakukan ‘demi’ satu hal, mengejar ‘setoran’ agar CP yang bersangkutan tetap diperkenankan menggunakan jalur dari operator untuk berbisnis.

Bisnis konten melalui operator selular saat ini dapat dikatakan ‘masih’ menjadi milik segelintir perusahaan CP saja. Seperti mengikuti hukum pasar, CP-CP besar yang umumnya telah eksis lebih lama dan memiliki modal yang cukup besar telah mencaplok banyak hal. Praktis hanya CP-CP besar yang mampu mendominasi ruang publik melalui iklan-iklan. Saat ini bisa dikatakan hanya dua tipe CP yang mampu bertahan dalam persaingan usaha bisnis konten. Pertama yang masih memiliki biaya promosi yang besar dan kedua adalah yang memiliki basis komunitas yang kuat. Ini merupakan hal penting yang patut dicatat oleh calon pebisnis di bidang konten.

Bisnis CP sendiri merupakan bisnis yang “fair”. Indikatornya jelas! Tak boleh ada permainan harga oleh para CP, karena harga ditentukan secara sepihak oleh operator. Dan operator memiliki kendali atas segenap koridor dari konten yang boleh ditawarkan, terutama yang menyangkut pornografi dan SARA. Jadi praktis kompetisi antar CP sesungguhnya benar-benar pada kualitas dari layanan yang ditawarkan serta strategi pemasaran dari CP yang bersangkutan. Meski demikian terdapat beberapa perlakukan khusus terhadap CP-CP tertentu yang sudah besar, yang menurut saya sebenarnya wajar, namun di beberapa hal sering berlebihan misalnya dalam kemudahan penggunaan beberapa short code, dan sebagainya.

Salah satu permasalahan besar bagi CP-CP baru maupun yang masih kecil adalah perubahan regulasi mengenai batas minimal ‘revenue’ per bulan yang harus diperoleh setiap CP di setiap bulannya yang mulai ditingkatkan. Dalam hitungan matematis ala CP, jumlah nominal minimal tersebut kurang lebih setara dengan berapa nilai nominal iklan yang harus dikeluarkan setiap bulannya. Persyaratan tersebut masih diembel-embeli bahwa nilai tersebut harus terpenuhi dalam kurun waktu 3 bulan berturut-turut. Dan yang menambah berat adalah ketika nilai tersebut gagal dipenuhi, maka CP yang bersangkutan tetap harus membayar ke operator jumlah “sharing minimal” yang telah disepakati. Jumlah revenue minimal yang harus dihasilkan ini bervariasi untuk setiap operator dan umumnya meningkat sesuai dengan jumlah pelanggan dari operator. Nilai sharingnya juga berubah sesuai dengan berapa nominal per bulan yang dapat dihasilkan oleh CP. Semakin besar, tentu nilai prosentase yang didapat oleh pihak CP juga semakin besar.

Sebenarnya, regulasi ini adalah positif adanya dan harusnya akan membuat CP-CP bekerja lebih professional. Terus terang CP harusnya diuntungkan dengan cara seperti ini secara tidak langsung. Namun kondisi ini harus dibarengi dengan kearifan dan keadilan operator dalam mengimplementasikan regulasi ini, mengingat meskipun kesuksesan sebenarnya ada di tangan para CP sendiri, namun sebenarnya nadi utama dari bisnis ini justru adalah operator. Mungkin ini catatan penting bagi operator bahwa CP-CP pun saat ini sudah menyumbang pendapatan yang cukup besar bagi operator.

Bagi CP-CP yang baru dan akan muncul, pikirkan strategi lebih dalam lagi sebelum melangkah. Mulailah dengan produk unik. Jangan banyak membuang ‘resource’ dengan mencoba banyak media promosi tanpa perencanaan matang dan data yang akurat tentang efektifitas dari media yang bersangkutan. Ingat! Pengguna selular semakin cerdas. Tetaplah fokus pada SMS. MMS memang cukup menarik, namun SMS jauh bisa diterima masyarakat Indonesia dan tingkat kegagalan pentarifannya relatif lebih rendah. Jadi, peluang bisnis konten tetaplah menarik. Meski demikian, anda harus cermat karena kompetisi bisnis konten semakin berat. (Antonius Aditya Hartanto, Praktisi Bisnis Konten)