30 Des 2009

Siasat Operator Hadapi Bencana Alam

















Dengan mengandalkan mobilitas tinggi, operator selular berperan besar menyambung tali komunikasi kala bencana alam datang

Saat gempa bumi menggoyang kota Padang 30 September lalu, banyak infrastrukur kota hancur. Salah satu imbasnya terkait infrastruktur operator selular. Ratusan ribu orang ditengah kesulitan dan kepanikan sangat sulit untuk mendapatkan akses komunikasi selular. Tak jarang indikator sinyal di layar ponsel lenyap, sekalipun di beberapa area didapati sinyal operator, bukan sesuatu yang mudah untuk bisa menelepon dan SMS, maklum saat itu terjadi lonjakan trafik.

Buntut sulitnya akses selular disebabkan tumbangnya BTS (base tranceiver station) beberapa operator. Walaupun ada BTS yang masih on, bukan berarti masalah teratasi, seperti diketahui pasokan listrik PLN kala itu terputus dan BTS hanya mengandalkan tenaga dari genset yang memerlukan solar. Operator yang aset jaringannya rusak tentu tak tinggal diam. Justru tiap operator sangat kentara saling ’berlomba’ menampilkan image perbaikan jaringan tercepat dengan dibarengi beragam aksi pelayanan sosial.

BTS Mobile
Menyadari pentingnya komunikasi saat terjadi bencana, operator punya jurus yang disiapkan bila infrastruktur BTS tumbang. Salah satu yang diandalkan adalah gelar BTS mobile. Perangkat BTS mobile tak ubahnya BTS reguler yang berada di lahan tahan (green field) dan di atas gedung (roof top). Yang membedakan hanya segi mobilitas, dimana BTS mobile mudah untuk dipindah-pindahkan dengan wahana truk.



Konsep BTS mobile juga dikenal dengan istilah cells on wheels (COW). Beberapa operator besar, seperti Telkomsel, XL, Indosat dan Telkom Flexi diketahui mempunyai armada BTS mobile di setiap wilayah. Secara teknis untuk menggelar BTS mobile hanya butuh hitungan beberapa jam. Umumnya BTS ini ditempatkan di lokasi yang mengalami blank spot akibat BTS regular mati atau bermasalah. Tapi tak jarang BTS mobile dihadirkan guna memperkuat handling trafik di event penting atau di sebuah ajang yang menyedot konsentrasi massa dalam jumlah besar. Contohnya penempatan BTS mobile saat digelar pameran Pekan Raja Jakarta (PRJ) di Kemayoran.

Ada beragam spesifikasi BTS mobile. Semisal BTS mobile yang dilengkapi 3 cell. Maka 1 cell mempunyai 3 Trx (transmitter dan receiver), dimana 1 Trx mempunyai 8 time slot. Time slot inilah yang digunakan oleh pelanggan untuk melakukan komunikasi. Dari 8 time slot, 1 time slot digunakan khusus untuk signaling yang berperan membawa informasi tentang parameter cell. Sisanya 7 slot digunakan untuk komunikasi voice dan GPRS. Jadi 1 cell dengan 3 Trx artinya terdapat 23 time slot yang bisa digunakan bersamaan. Dan secara keseluruhan dalan satu BTS mobile dengan 3 cell dapat menampung 69 percakapan secara bersamaan. Konfigurasi tentu bisa dirubah sesuai kelengkapan perangkat dan besarnya daya, semisal jadi 42 atau 84 percakapan bersamaan.



Pada BTS mobile sudah terdapat rumah BTS (shelter), generator dan alat pendingin. Ketinggian tower umumnya bisa di set sampai 32 meter. Kesiapan BTS mobile bisa lebih cepat bila microwave BTS mobile memperoleh kondisi LoS (line of sight) ke BSC (base station controller), seperti diketahui setiap BTS harus terhubung ke elemen BSC. LoS yakni kondisi pengirim dan penerima tembus pandang tanpa rintangan.

Pada gempa di Padang, Telkomsel mengerahkan 10 unit Compact Mobile Base Transceiver (Combat) yang dilengkapi akses WiFi di sejumlah area publik. Pasca gempa, Telkomsel mengalami gangguan pada 981 BTS di wilayah Sumatera Barat. Selain Telkomsel, XL diketahui juga menggelar XL mobile di posko Satkorlak untuk membantu komunikasi para relawan.

Pico GSM IP BTS over VSAT IP
Inilah solusi yang ampuh dan cepat untuk dirakit saat kejadian darurat. Dengan mengandalkan jalur satelit, maka pico BTS tak perlu repot mencari koneksi ke BSC terdekat. Berkat sistem IP (internet protocol) satelit, jenis BTS ini dapat digelar secara mandiri. Keunggulan lainnya, BTS ini tak membutuhkan antena, low power dan investasi murah. Ditambah lagi untuk tenaganya tak perlu bergantung listrik, yakni cukup lewat solar cell dan baterai.





Tapi sesuai dengan namanya, coverge BTS ini terbilang sangat kecil dan kapasitas handling hanya 1 Trx, berarti hanya 7 sampai 8 percakapan bersamaan yang bisa ditangani. Saat bencana di Padang, Telkomsel mengerahkan 20 unit BTS jenis ini untuk coverage di wilayah terpencil yang sulit dijangkau. Berbeda dengan BTS mobile, pico GSM VSAT IP baru sebatas melayani layanan 2G. Telkomsel sebelumnya sudah mempopulerkan penggunaan teknologi ini dalam kampanye ”Telkomsel Merah Putih”. Sistem teknologi ini serupa dengan yang dipasang pada layanan selular di kapal-kapal milik PT. Pelni.

Early Warning System (EWS)
Pasca Tsunami Aceh tahun 2004, SMS digadang sebagai elemen penting dalam EWS. Tentu disini operator hanya sebagai penyedia layanan, untuk peran sebagai ‘content provider’ diserahkan pada Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Salah satu yang sudah berjalan yakni SMS cell broadcast (CB). SMS CB dipandang tepat karena langsung mengirimkan info darurat ke pengguna di area yang dimaksud. Metode ini dipandang lebih tepat dan efisien ketimbang kirim pesan berdasarkan HLR (home location register).

Pesan hanya bisa dipancarkan berdasarkan area cell per cell atau BTS tertentu, hal ini menjadikan target EWS bisa lebih spesifik. Proses SMS CB dikirim lewat SMSC (short message service center) dan bersifat push message. Pesan yang diterima tidak berbeda dengan bentuk SMS konvensional dan bisa disimpan pada inbox. Selain lewat SMS, CB juga ada yang digelar lewat sistem stream. Dengan stream proses pengiriman lebih cepat diterima tapi isi info berupa pesan yang amat singkat dan tak bisa disimpan di inbox. Metode ini kerap digunakan sebagai promo broadcast saat memasuki area pusat belanja.

Tapi lepas dari semua sistem yang ada, tantangan terbesar yang dihadapi operator adalah potensi hancurnya jaringan bersamaan datangnya musibah. Tapi setidaknya EWS SMS CB bisa menjadi solusi untuk peringatan dini datangnya musibah yang bisa diperkirakan datangnya, seperti Tsunami, banjir dan badai. (Haryo Adjie Nogo Seno)

24 Des 2009

Mo Tweets - Manjakan Selera Tweeters

















Mo Tweets

Memanjakan Selera Tweeters

Para tweeters (pengguna Twitter) dijamin bakal keranjingan dengan fitur nan lengkap yang ditawarkan Mo Tweets. Ditambah lagi ada bonus suara cicitan burung..


Walau popularitasnya masih kalah ketimbang Facebook, penggemar Twitter terus bertambah pesat di seluruh dunia. Sebagai sebuah aplikasi micro blogging, Twitter menawarkan cara mudah untuk mengirimkan pesan singkat berupa teks dengan panjang maksimum 140 karakter. Tapi kemampuan Twitter tak sebatas itu, lebih jauh Twitter dibekali kemampuan berkirim pesan langsung antar penggunanya, reply pesan, retweet dan mencatumkan informasi link situs dalam sebuah pesan singkat.

Bahkan Twitter yang hadir sejak tahun 2006 dikembangkan lebih canggih oleh beberapa developer, seperti integrasi dengan kemampuan GPS (global positioning system) serta upload foto. Khusus untuk segmen Windows Mobile (WinMo), hingga kini tak kurang ada 10 software yang ditawarkan. Tapi dari sekian yang ditawarkan, bisa dibilang software Mo Tweets besutan Panoramic Software Inc. adalah yang tercanggih untuk segmen WinMo. Kebolehan menu Mo Tweets mencakup membuka dengan multi akun Twitter, reply, follow, favorite, show conversation, direct message, retweet, upload link info, upload foto dan dapat terintegrasi dengan GPS. Dengan beragam menu yang ditawarkan, fitur Mo Tweets justru terlihat lebih lengkap dari versi yang ada di web.

Yang cukup menyenangkan, setiap muncul Tweets terbaru, terdengar bunyi suara cicitan burung yang merdu. Mo Tweets terbagi dalam dua jenis software, yakni untuk Winmo dengan layar sentuh dan non layar sentuh. Meski software ini berbayar, tapi pihak developer juga menyediakan versi trial untuk Anda coba. (Haryo Adjie Nogo Seno)

1.
Login Mo Tweets sangat mudah dan cepat, bahkan ada opsi untuk save password untuk kecepatan proses login.










2.
Mo Tweets dapat mengaktifkan beberapa akun Twitter secara bersamaan, bahkan membuat akun baru bisa dilakukan langsung dari software ini.









3.
Mo Tweets memberi tiga pilihan variasi skin, Anda bisa memilihnya dari menu option.










4.
Banyaknya Tweets pada layar utama bisa diatur sesuai kebutuhan, Anda bisa memilih mulai dari 25 sampai 200 Tweets yang update terakhir.









5.
Tampilan beberapa Tweets yang tersaji di layar utama, tiap Tweets dapat Anda respon dengan reply, retweet, send private message dan visit link web yang dirujuk oleh rekan.









6.
Saat me-reply sebuah tweets/retweet, Anda bisa melakukan add picture, take picture dan shorten URL. Untuk ini tetap perhatikan sisa teks karakter yang tersedia.









7.
Ilustrasi post tweets, dengan 140 karakter segala informasi link, tampilan update foto, koordinat GPS dan sebagainya ”dimampatkan” dalam kode link web akses.









8.
Mo Tweets juga dapat menampilkan topik-topik tweets terhangat di Twitter, dan pastinya software ini dibekali ”mesin pencari” tema favorit.










Sumber : http://www.panoramicsoft.com/mobileapps/motweet
Besar File : 496 Kb CAB
Harga : US$ 3,99 / tersedia versi trial
Ponsel Pendukung : Windows Mobile Professional/Classic/Standard 5, 6, 6.1 or 6.5

22 Des 2009

Perkembangan Bisnis & Kreasi Software Ponsel



















Perkembangan teknologi ponsel belakangan begitu pesatnya sehingga fungsi ponsel bukan lagi untuk menelepon dan mengirim SMS. Sebuah ponsel sudah layak disebut sebagai komputer kecil. Tidak heran apabila istilah "ponsel komputer" kemudian menjadi popular. Saya masih ingat spesifikasi PC (personal computer) pertama yang saya miliki, prosesor Intel 80286 dengan kecepatan 12 MHz, memori 1 Mb dan hard disk 80 Mb. Saat ini, ponsel yang saya bawa sehari-hari menggunakan prosesor ARM9 dengan kecepatan 220 MHz, memory 48 Mb dan kartu memori 1 GB. Bisa Anda hitung sendiri perbandingan komputer saya pertama dulu dengan ponsel saya sekarang.

Berbicara tentang ponsel komputer tentu tidak terlepas dari software di dalamnya. Apabila kita cermati, manufaktur ponsel telah menambahkan berbagai software ke ponsel-ponsel mereka. Sekarang ini, fitur-fitur seperti kalender, alarm, notes, kalkulator dan bahkan music player sudah menjadi standar.

Karena sifat manusia yang tidak pernah puas, fitur-fitur standar tersebut masih belum cukup. Beberapa dari kita memimpikan berbagai aspek kehidupan bisa diakses dari saku kita! Bukan hanya daftar nomer telpon dan jadual kegiatan sehari-hari, tetapi juga akses email, pengelolaan album foto, langganan koran, penyimpanan data pribadi, menulis blog, sampai ke daftar belanjaan minggu ini!

Memang ada keterbatasan ponsel dibandingkan PC yang merupakan tantangan tersendiri. Sebagai contoh, layar ponsel ukurannya jauh lebih kecil dibandingkan monitor PC. Keyboard ponsel juga cenderung lebih terbatas dibandingkan versi PC. Meskipun begitu, para pengembang software telah merilis berbagai software tambahan untuk merealisasikan impian kita. Jika pada awalnya software pihak ketiga untuk ponsel terbatas pada game sederhana, seperti PacMan, Tetris dan Sudoku, sekarang ini kita bisa menemukan software dari berbagai kategori.

Di kategori multimedia, ada software untuk memanipulasi foto sampai mengirimkan foto ke blog server (seperti Flickr). Ada juga software untuk mengolah dan menonton video. Di kategori komunikasi, beberapa orang menggunakan instant messaging di ponsel untuk berkomunikasi lewat MSN atau Yahoo! Messenger (sebagai alternatif lain dari SMS). Software VoIP mulai bermunculan, bahkan Skype juga akan dirilis untuk ponsel berbasis Symbian OS dalam waktu dekat. Di kategori blogging, software untuk berlangganan berita dan podcasting, juga telah tersedia.

Bagaimana sebenarnya situasi bisnis software ponsel secara umum? Kabar baiknya adalah pasar ponsel yang luar biasa besar. Tahun 2005 lalu, ada lebih dari 800 juta ponsel terjual di seluruh dunia (baca: 25 ponsel terjual setiap detiknya). Kabar buruknya, bisnis software di dunia ponsel belum begitu menggembirakan seperti halnya di dunia PC. Mengapa? Ada beberapa alasan. Pertama-tama, banyak pengguna masih menggunakan ponsel untuk menelpon dan mengirim SMS saja. Banyak dari kita yang belum tahu bahwa ada "hal-hal lain" yang bisa dilakukan dengan software tambahan. Dengan kata lain, edukasi dari berbagai pihak masih diperlukan.
Penyebab lain adalah biaya yang terlalu tinggi, baik itu harga software maupun layanan data. Permasalahan harga software sebetulnya juga terjadi di dunia PC karena sebagian besar software tersebut harus dibeli dengan US$ sementara mata uang kita nilainya sedang dalam kondisi tidak baik.

Sementara itu biaya layanan data yang relatif tinggi tidak hanya dirasakan di Indonesia, tetapi juga di banyak negara maju. Untuk apa kita memerlukan layanan data? Pertama, untuk men download software ke ponsel kita. Memang untuk beberapa model ponsel, kita bisa men download software ke PC kemudian mentransfernya ke ponsel. Kedua, beberapa software memerlukan layanan data dalam pengoperasiannya. Sebagai contoh, software podcasting memerlukan layanan data untuk men download podcast baru. Memang sudah ada beberapa ponsel high-end yang sudah mendukung WiFi, tetapi belum semua tempat menyediakan koneksi WiFi.

Terlepas dari itu semua, bisnis software di dunia ponsel sebenarnya memiliki masa depan cerah. Hanya saja, ada banyak "pekerjaan rumah" yang harus diselesaikan baik oleh manufaktur ponsel, operator maupun pengembang software. Saya pribadi termasuk orang yang optimis bahwa beberapa tahun lagi, ponsel akan menggantikan PDA dan laptop. (Antony Pranata/ Praktisi Software Ponsel)

21 Des 2009

EDGE Evolution


















Turbo Akses Internet dari Standar 2G

Setelah lima tahun ”beredar”, kini saatnya EDGE berevolusi dengan performa yang ditingkatkan. Salah satunya pengingkatan bit rates hingga 1 Mbps


Bila diperhatikan ada beragam indikator pada layar ponsel, diantaranya indikator kekuatan jaringan dan status teknologi jaringan. Kedua indikator jaringan tersebut bersifat dinamis, artinya menyesuaikan dengan kualitas dan cakupan layanan operator yang bersangkutan. Oleh sebab itu wajar bila kerap terlihat indikator kekuatan sinyal naik turun pada layar. Sedang indikator status teknologi jaringan ditandai dengan beberapa ikon yang popular, contohnya ikon G (GPRS), E (EDGE), 3G dan H (HSDPA). Tentu munculnya ikon-ikon tadi disesuaikan dengan kemampuan fitur internet yang ada di ponsel Anda.

Disisi lain, sesuai dengan semangat operator untuk membangun layanan mobile broadband, teknologi 3G dan HSDPA terlihat gencar digaungkan. Tapi faktanya, coverage 3G operator masih terbatas di kota-kota besar. Maka jangan heran bila status sinyal 3G di layar ponsel kerap muncul dan hilang seketika. Nah, untuk mengatasi belum ratanya penyebaran 3G, operator sejak lima tahun lalu telah mengimplementasi teknologi EDGE (Enhanced Data Rates for GSM Evolution). Hampir tiap operator selular kini menempatkan EDGE sebagai pelengkap layanan mobile internet broadband.

Sedikit mengingat, ada beberapa hal yang membuat EDGE menjadi primadona dalam implementasi jaringan. Diantaranya EDGE secara teori mampu dikebut hingga 384 Kbps. Investasi EDGE pun tak sebesar 3G, EDGE dapat beroperasi di rentang frekuensi yang sama dengan GSM, sebaliknya 3G butuh rentang frekuensi khusus dan operator harus membeli lisensi. Implementasi EDGE terbilang cepat, cukup upgrade software di jaringan yang tersedia. Antara teknologi 3G dan EDGE bisa berjalan seamless, bila sinyal 3G disuatu area ’keok’ maka otomatis langsung switch ke EDGE. Itu semua yang membuat EDGE terus diminati.

Bukti larisnya EDGE juga dinyatakan oleh lembaga riset In-Stat pada awal awal April 2009, disebutkan pasar BTS EDGE global mencapai lebih dari 40 persen di tahun 2008. Untuk pasar Indonesia, 80 persen pasar penjualan BTS dikuasasi segmen GPRS dan EDGE. Setelah lima tahun berjasa melayani akses internet operator, eksistensi EDGE tidak terlihat surut, justru dengan nilai ekonomisnya EDGE berusaha ditingkatkan kemampuannya oleh beberapa vendor yang tergabung dalam GSM Community.

Secara faktual bit rates EDGE yang dinikmati ke pelanggan baru mencapai 250 Kbps dengan latency 150 ms (mili second). Latency adalah waktu yang dibutuhkan data untuk melalui koneksi tertentu, atau dikenal juga dengan sebutan TTI (Transmission Time Interval). Nah, lewat terobosan baru yang dikenal lewat EDGE Evolution, disini performa dan kualitas EDGE ditingkatkan secara optimal. Vendor pelopornya adalah Ericsson dan Nokia Siemens Network (NSN). Tujuan EDGE Evolution yang masuk dalam standar 3GPP release 7 yakni meningkatkan kecepatan akses (bit rates) dan mengurangi TTI, sehingga akses internet mobile bisa dirasakan lebih cepat.

Perbandingan bit rates antara GPRS, EDGE standar dan EDGE Evolution
















Selain upgrade software, implementasi EDGE Evolution membutuhkan perangkat dual antenna dan tambahan time slot. Sebagai perbandingan EDGE standar saat ini mempunyai 5 time slot, sedang di EDGE evolution bakal menggunakan 10 time slot dan 12 MCS (Modulation and Coding Schemes). Alhasil EDGE Evolution secara teori mampu dikebut hingga bit rates 1 Mbps dengan optimalisasi pada elemen downlink, hal ini dapat tercapai antara lain berkat efisiensi spectrum dan pengurangan TTI sampai dibawah 80 ms. Dengan performa akses 1 Mbps, EDGE menjadi sangat handal melengkapi layanan 3G. Beragam layanan khas mobile broadband tentu begitu mudah dijalankan EDGE generasi baru ini, bahkan dalam rilisnya, Ericsson menyebut akses EDGE Evolution mampu tekoneksi dengan baik pada layanan ADSL hingga kecepatan 500 Kbps.

Sampai saat ini belum ada operator yang menggunakan EDGE Evolution secara komersial, tapi menurut berita di www.cellular-news.com, pada bulan September lalu EDGE Evolution telah dilakukan uji coba oleh operator di Cina, tapi sayang tidak disebutkan nama operator yang menjajal teknologi ini. Dengan keunggulan yang ditawarkan EDGE Evolution, rasanya pas untuk diadopsi oleh operator GSM di Indonesia untuk memperkuat kualitas jaringan EDGE yang kini sudah tersebar luas. (Haryo Adjie Nogo Seno)





1 Des 2009

Bundling 3G Murah Asli Cina




















Lama dinanti, akhirnya muncul juga ponsel 3G besutan Cina dalam wujud bundling. Harga jual yang murah menjadi pemikat, disamping skema bisnis jaringan dibelakangnya



Pasar ponsel Tanah Air ibarat kata sedang dihujani produk merek lokal yang aslinya buatan Cina. Beragam desain dan fitur unik yang tak digarap serius vendor global disajikan begitu lugas, sebut saja mulai dari TV tuner, dual on, bluetooth stereo sampai pada tren menjamurnya ponsel lokal asli Cina yang berdesain ala Berry. Khusus untuk kelas ponsel ala Berry kini lebih hebat lagi dengan sajian fitur WiFi dan document viewer. Singkat kata, apa yang diminta pasar, pabrikan dari Cina selalu siap menyediakan.

Tapi nyatanya tak semua batasan fitur bisa ditembus, buktinya tak satupun vendor merek lokal yang hingga kini menawarkan fitur 3G. Tentu dengan 3G, tak cuma video call yang bisa dinikmati, tapi koneksi data berkecepatan tinggi juga terasa lebih afdol untuk keperluan browsing. Beberapa sumber dari vendor lokal menyebutkan, teknologi 3G kini belum tersedia untuk kelas ponsel Cina. Jadilah market ponsel asal Cina di Indonesia hanya berkutat di lingkup teknologi 2G.

Pendapat soal keterbatasan ponsel Cina boleh jadi telah gugur, tepatnya setelah dua vendor global dari Cina – Huawei dan ZTE – meluncurkan resmi ponsel 3G untuk pasar Tanah Air. Ponsel 3G yang diluncurkan juga bukan bergenre multimedia kelas atas, melainkan ponsel 3G low cost dengan harga bandrol dibawah Rp 1 juta. Huawei dengan tipe U1280 ditawarkan dalam paket IM3 Groove Indosat dan ZTE dengan tipe F188 ditawarkan dalam paket kartu Telkomsel. Yang lebih menarik, kedua ponsel dijual hanya seharga Rp 888 ribu, padahal fitur dan fasilitasnya berada di range segmen kelas menengah. Selain 3G video call, ada bekal kamera 2 Mpix, bluetooth stereo, support MicroSD sampai 8GB dan mendukung koneksi Microsoft Windows.

Dari segi harga jual kedua ponsel sangat atraktif, sebab ponsel low cost 3G yang ditawarkan pertama di Indonesia oleh LG dan Motorola harganya masih diatas Rp 1 juta. Lalu apakah ada subsidi dari operator? “Untuk bundling ini sama sekali tidak ada subsidi dari operator dan ponsel tidak di lock kartu SIM-nya,” ujar Yunny Christine, Brand Manager PT. Huawei Tech Investment. Pihak ZTE juga menyatakan hal serupa, ”walau produk kami menggunakan lock kartu SIM Telkomsel, tidak ada bentuk subsidi dari operator,” kata Willy Kurniadi, Account Manager Terminal PT. ZTE Indonesia.

Huawei dan ZTE juga tak tergabung dalam proyek ”3G For All” yang digagas oleh GSM Association (GSMA). Lalu mengapa bisa sedemikian murah? Jawaban dari pihak Huawei dan ZTE senada, yakni teknologi pembuatan ponsel 3G sudah tersedia cukup murah dan kedua vendor mempunyai pabrikan sendiri. Meski hadirnya dua ponsel 3G murah ini tak berbau subsidi operator, tapi perlu dicatat kedua vendor bisnis utamanya bukan berjualan ponsel, melainkan solusi teknologi jaringan 2G dan 3G GSM/CDMA. Beberapa operator di Tanah Air tak sedikit yang telah memakai jasa teknologi jaringan dari kedua vendor ini. Semisal solusi jaringan Huawei kini sudah digunakan luas oleh Telkomsel, Indosat, XL, Axis dan Bakrie Telecom.

”Untuk saat ini pola penjualan ponsel bundling lebih sebagai pelengkap bisnis, utamanya kami fokus pada penjualan solusi jaringan,” ujar Yunny. Maka tak heran operator yang menjadi mitra bundling, semuanya adalah pengguna solusi teknologi jaringan Huawei. Pola ini juga berlaku untuk pasar global, baik produk Huawei dan ZTE lebih dominan dijual dengan bundling. Selain menawarkan ponsel, bundling juga cukup popular dalam bentuk modem 3G.

Dengan penguasaan teknologi yang tinggi, roadmap produk yang beragam dan kapasitas produksi yang besar. Muncul pertanyaan, mengapa kedua vendor terkesan tak berani berlaga menjual ponsel langsung ke pasar? Padahal merek kedua vendor sudah cukup dikenal. Jawaban dari Yunny dan Willy lagi-lagi serupa, untuk terjun ke penjualan langsung diperlukan survei yang mendalam dan kesiapan investasi yang besar, seperti pembentukan divisi penjualan dan distribusi. ”Hasil survei kami saat ini mengindikasikan lebih tepat untuk menjual produk lewat bundling, buktinya kini semua vendor memang mengarah ke bundling,” ujar Willy.

Kedua vendor berdalih memilih kemitraan dan pelayanan jangka panjang dalam payung bundling operator. Dengan bundling ke operator, setidaknya elemen distrubusi tak menjadi urusan vendor. Tapi kedepan, baik Huawei dan ZTE tak menepis kemungkinan akan menjual produk secara langsung. Khusus ZTE beberapa tahun lalu sempat menjual dua produk dual on GSM CDMA secara langsung, tapi kemudian tak terdengar kabar beritanya lagi. (Haryo Adjie Nogo Seno)